Senin, 23 Juni 2008

Belajar Bersyukur Yuk!

[Miund] - Tadi siang abis ngobrol panjang sama si Mamah. Biasalah, obrolan Minggu siang di jam-jam siesta gitu deh. Hal kecil jadi kebawa gede… dan tiba-tiba ngomongin kehidupan. Kalo saya reflect balik ke obrolannya… ternyata walau kata orang-orang saya nggak religius, tapi ternyata saya cukup serius dalam memaknai kata “bersyukur” dalam kehidupan sehari-hari.

Kenapa?

Kata beberapa orang, mereka kalo lagi ibadah suka berasa pengen nangis karena merasa ‘kena’ banget sama khotbah yang lagi disampein. Tadi siang saya cerita sama si Mamah kalo di kehidupan sehari-hari saya juga sering merasa ‘kena berkah’ banget dari Tuhan. Berkahnya apa? Ya ada aja loh. Misalnya… pas memutuskan berenti kerja kantoran. Takutnya setengah mati. Takut gak bisa nyukupin kebutuhan seperti biasa. Tapi eeehh… ada aja kerjaan lewat. Ada aja rejeki masuk. Jumlahnya gak berlebihan tapi pas aja buat kebutuhan. Emang sih pake usaha, but again, usaha yang nggak di-ridhoi sama Tuhan juga banyak ‘kan? Jadi selama usahanya halal dan baik sih… jangan takut. PASTI dikasih.

Terus pernah lagi satu waktu saya lagi perlu banget dana buat sesuatu hal yang amat mendesak. Dengan sok iye dan tekad bulat, akhirnya saya ke ATM terdekat walau tahu duit saya di Bank juga lagi gak seberapa. Pas ngecek saldo, saya dikejutkan dengan jumlah yang udah berubah drastis padahal gak ada jadwal pembayaran apa pun. Setelah ditelusuri… oh, ternyata yang pernah berutang sama saya pas banget bayar utang. Pas pulang, saya duduk di lantai kamar trus berdoa, bilang terimakasih.

Orang sinis barangkali akan bilang: “Ah, itu mah kebeneran aja.”

Tapi saya memilih untuk percaya. Percaya kalau Tuhan itu ada dan baik, apapun rupa dan bentukNya. Percaya bahwa kalau kita butuh untuk hal-hal yang baik, Tuhan pasti ngasih. Dan ngasihnya juga ya sebutuhnya kita kok. Nggak berlebih tapi juga nggak kurang.

Saya sering denger berbagai macam kesaksian yang hebat-hebat. Yang mendadak disembuhkan dari sakit, yang tadinya lumpuh terus bisa jalan… dan sebagainya. Dan saya menghargai semua kesaksian itu karena sebagai manusia beragama, kita mesti ngakuin kalau Tuhan itu berkuasa.

Tapi pernah gak sih kita sadar kalau tiap detik di kehidupan sehari-hari kita selalu adaaaa aja mujizat. Pernah gak kita mau bersaksi tentang kemurahan Tuhan sama kita? Misalnya nih ya, lagi panas-panas jalan kaki siang bolong… di saat kita udah gak tahan, pala rasanya mau pecah… tiba-tiba ada awan yang nutupin matahari, bikin kita adem sejenak. Hal yang mungkin remeh itu harus disyukuri, bukan? Karena… siapa yang bisa mindahin awan kalo bukan yang bikin?

Ah… Tuhan itu baik banget ya :)

Sebagai pertanyaan awal minggu ini dan biar bikin semangat kita semua selama seminggu ke depan, saya pengen tanya aja…

Apa yang paling kamu syukuri selama minggu lalu?

Inget loh, jawaban paling sepele seperti “Lagi pengen ketoprak, eh tiba-tiba abangnya lewat di depan rumah” juga udah berarti kamu bersyukur. Dan memang, hidup itu lebih damai kalau kita meng-acknowledge berkah yang diberikan Tuhan pada kita, setiap detik, setiap menit, setiap jam dalam setiap harinya. Cobain deh, pasti hati lebih lega… muka lebih ceria. Kata Mamah juga, rajin bersyukur itu pangkal awet muda. Gratis, gak perlu botox! :D

So, my tagline of the week is: Count your blessings, my friends… and be thankful :)

Senin, 16 Juni 2008

Bersyukur dan Berjuang

[Andrie Wongso] - Alkisah, di beranda belakang sebuah rumah mewah, tampak seorang anak sedang berbincang dengan ayahnya. "Ayah, nenek dulu pernah bercerita kepadaku bahwa kakek dan nenek waktu masih muda sangat miskin, tidak punya uang sehingga tidak bisa terus menyekolahkan ayah. Ayah pun harus bekerja membantu berjualan kue ke pasar-pasar," tanya sang anak. "Apa betul begitu, Yah?"

Sang ayah kemudian bertanya, "Memang begitulah keadaannya, Nak. Mengapa kau tanyakan hal itu anakku?"

Si anak menjawab, "Aku membayangkan saja ngeri Yah. Lantas, Apakah Ayah pernah menyesali masa lalu yang serba kekurangan, sekolah rendah dan susah begitu?"

Sambil mengelus sayang putranya, ayah menjawab, "Tidak Nak, ayah tidak pernah menyesalinya dan tidak akan mau menukar dengan apapun masa lalu itu. Bahkan, ayah mensyukurinya. Karena, kalau tidak ada penderitaan seperti itu, mungkin ayah tidak akan punya semangat untuk belajar dan bekerja, berjuang dan belajar lagi, hingga bisa berhasil seperti saat ini."

Mendapat jawaban demikian, si anak melanjutkan pertanyaannya, "Kalau begitu, aku tidak mungkin sukses seperti Ayah dong?"

Heran dengan pemikiran anaknya, sang ayah kembali bertanya, "Kenapa Kau berpikir tidak bisa sukses seperti ayah?"

"Lho kata Ayah tadi, penderitaan masa lalu yang serbasusah lah yang membuat Ayah berhasil. Padahal aku dilahirkan dalam keluarga mampu, kan ayahku orang sukses," ujar si anak sambil menatap bangga ayahnya. "Ayah tidak sekolah tinggi, sedangkan Ayah menyuruhku kalau bisa sekolah sampai S2 dan menguasai 3 bahasa, Inggris, Mandarin dan IT. Kalau aku ingin sukses seperti Ayah kan nggak bisa dong. Kan aku nggak susah seperti Ayah dulu?"

Mengetahui pemikiran sang anak, ayah pun tertawa. "Hahaha, memang kamu mau jadi anak orang miskin dan jualan kue?" canda ayah.

Digoda sang ayah, si anak menjawab, "Yaaaah, kan udah nggak bisa memilih. Tapi kayaknya kalau bisa memilih pun, aku memilih seperti sekarang saja deh. Enak sih, punya papa mama baik dan mampu seperti papa mamaku hehehe."

Sang ayah lantas melanjutkan perkataannya, "Karena itulah, kamu harus bersyukur tidak perlu susah seperti ayah dulu. Yang jelas, siapa orangtua kita dan bagaimana keadaan masa lalu itu, kaya atau miskin, kita tidak bisa memilih, ya kan? Maka, ayah tidak pernah menyesali masa lalu. Malah bersyukur pada masa lalu yang penuh dengan penderitaan, dari sana ayah belajar hanya penderitaan hidup yang dapat mengajarkan pada manusia akan arti keindahan dan nilai kehidupan. Yang jelas, di kehidupan ini ada hukum perubahan yang berlaku. Kita bisa merubah keadaan jika kita mau belajar, berusaha, dan berjuang habis-habisan. Tuhan memberi kita segala kemampuan itu, gunakan sebaik-baiknya. Dimulai dari keadaan kita saat ini, entah miskin atau kaya. Niscaya, semua usaha kita diberkati dan kamu pun bisa sukses melebihi ayah saat ini. Ingat, teruslah berdoa serta berusaha. Belajar dan bekerjalah lebih keras dan giat. Maka, cita-citamu akan tercapai."

Pembaca yang budiman,

Pikiran manusia tidak mungkin mampu menggali dan mengetahui rahasia kebesaran Tuhan. Karena itu, sebagai manusia (puk nen sien cek) kita tidak bisa memilih mau lahir di keluarga kaya atau miskin. Kita juga tak bisa memilih lahir di negara barat atau di timur dan lain sebagainya.

Maka, jika kita lahir di keluarga yang kaya, kita harus mampu mensyukuri dengan hidup penuh semangat dan bersahaja. Sebaliknya, jika kita terlahir di keluarga yang kurang mampu, kita pun harus tetap menyukurinya sambil terus belajar dan beriktiar lebih keras untuk memperoleh kehidupan lebih baik. Sebab, selama kita bisa bekerja dengan baik benar dan halal, Tuhan pasti akan membantu kita! Ingat, bahwa Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang, tanpa orang itu mau berusaha merubah nasibnya sendiri.

Terus berjuang, raih kesuksesan!
Salam sukses luar biasa!!!

Selasa, 10 Juni 2008

Buat Apa Bersyukur..?

[Wikimu] - Banyak hal yang terjadi dalam kehidupan manusia, mulai dari lahir, tumbuh, berkembang, sampai menjadi manusia dewasa. Bersyukur biasanya kita kaitkan dengan hal-hal yang positif, menyenangkan atau menggembirakan. Itulah ajaran umum yang sering kita dengar sejak kecil hingga saat ini.

Bersyukur, ketika dapat nilai bagus. Bersyukur, karena mendapatkan segala sesuatu yang kita inginkan. Bersyukur, karena punya uang. Bersyukur, karena dapat HP baru. Bersyukur, karena mempunyai teman yang baik.

Ketika usia beranjak dewasa pola bersyukur pun tidak berubah. Bersyukur, karena naik pangkat atau dapat promosi. Bersyukur, karena makan enak. Bersyukur, karena bisa libur ke luar negeri. Bersyukur, karena rumah baru dan mobil baru.

Tunggu, tunggu.. Memangnya kita pernah bersyukur untuk hal-hal di atas? Coba kita lihat diri kita masing-masing. Tanpa sadar kita terkadang menyia-nyiakan semua hal itu. Misalnya, di saat kita memiliki HP yang sudah canggih, kita mengingini HP teman yang sebaya kita yang memiliki HP yang lebih canggih daripada apa yang kita punya saat ini.

Bersyukur untuk hal-hal yang positif itu biasa. Yang tidak biasa adalah bersyukur untuk semua hal. Juga untuk hal yang tampaknya negatif atau tidak menyenangkan. Karena kegagalan, karena makanan yang tidak enak, karena harus bekerja, karena harapan yang tidak terwujud, karena dihianati, karena disepelekan, karena…apapun juga. Senantiasa bersyukur. Bersyukur karena hal yang sudah terjadi itu biasa. Bersyukur karena hal yang belum terjadi itu luar biasa. Sering kali kita sebagai manusia dihadapkan pada masa-masa yang sulit. Namun apakah kita sebagai manusia mampu bertahan dalam setiap permasalahan dan mampu untuk bersyukur dalam keadaan yang sulit seperti itu?

Jumat, 19 Oktober 2007

Persepuluhan

[GKPS Online] - Istilah persepuluhan di dalam bahasa Iberani ialah “maaser” yang berasal dari kata Aram “ascher” = kekayaan. Hal ini menunjukkan bahwa kita telah menerima kekayaan dari “sumber” kekayaan itu sendiri, yaitu Allah. Allah telah memberikan kita 100 % sesgala sesuatu yang ada pada kita dan kita diminta mengembalikan kepadaNya hanya 10 %. Cara pengembaliannya inilah yang kita sebut masalah theologia persepuluhan.

Kalau kita memeriksa Alkitab dan Sejarah Gereja mengenai persepuluhan kita melihat beberapa cara yang berbeda-beda tapi tokh tidak bertentangan :


  1. Abraham memberikan sepersepuluh dari hartanya kepada Melkisedek, tanpa ada peraturan tertentu untuk itu ( 1 Musa 14 : 20). Pemberian Abraham menyatakan pengakuan terhadap Melkisedek dan mengaku dirinya selaku bawahannya. Hal ini diberitahukan kembali di dalam Ibrani 7. Melkisedek adalah pracontoh Kristus ! Yang dapat diartikan bahwa keturunan Abraham - di dalam iman - sudah sepantasnya menuruti contoh yang dilakukan oleh Abraham memberikan persepuluhan kepada Kristus, sebagai suatu kenyataan pengakuan kita terhadap kuasa Kristus. Yakub juga menjanjikan untuk mermberikan sepersepuluh kepada Tuhan dari apa yang dia peroleh dari Tuhan sendiri. Inilah janji Yakub sewaktu dia berada di Bethel. Pada waktu itu belum ada peraturan mengenai persepuluhan.
  2. Tetapi kemudian Tuhan telah mengaturkan agar setiap persepuluhan diserahkan kepada Tuhan. Inilah perintah yang disampaikan oleh Musa kepada orang Israel. Persepuluhan itu adalah sebagain dari persembahan orang Israel, umat Allah kepada Tuhan. Persepuluhan terdiri dari hasil bumi seperti gandum, anggur dan buah-buahan. Hasil hewan : lembu, sapi, kambing, domba. Mengenai hewan diatur seperti berikut : Setiap lembu atau domba yang lewat dari bawah tongkat gembala dihitung, setiap yang kesepuluh harus menjadi persembahan kudus bagi Tuhan. Tidak boleh ditukar-tukar. Sejak peraturan Sinai maka persepuluhan telah menjadi salah satu dari Hukuman Allah (3 Musa 27:31-34).
  3. Orang Lewi karena jabatannya adalah penerima persepuluhan dari umat Allah (4 Musa 18,21). Mereka bukan menerima dari orang-orang Israel secara langsung. Tetapi mereka menerimanya dari tangan Tuhan, dimana Tuhan sendiri berkata : “…..sesungguhnya Aku berikan kepada mereka segala persembahan persepuluhan” (ayat 21 dan bd. Ayat 24, Nehemia 10:37 dst).
  4. Mengenai tempatnya pun ada ditentukan dan jika tempat itu terlalu jauh sehingga sulit dalam pengadaan pengangkutan persepuluhan dapat diuangkan (5 Musa 14:24-25).
  5. Sekali tiga tahun persembahan persepuluhan itu diberikan langsung kepada orang Lewi, orang asing, anak yatim dan janda (5 Musa 14:28-29).
  6. Pernah terjadi bahwa orang Yehuda tidak menghiraukan kewajibannya dalam memberikan persembahan persepuluhan, sehingga orang Lewi terpaksa meninggalkan tugasnya dan pergi ke ladang. Untunglah setelah ada nasihat dari Nehemia sehingga persembahan persepuluhan terlaksana kembali (Neh.13:10-12).
  7. Di dalam Perjanjian Lama juga diberitakan bahwa persepuluhan diberikan kepada pihak penguasa atau Raja demi kepentingan pemerintahan (1 Sam.8:15-17).
  8. Di dalam Perjanjian Baru masih ada terdapat bukti-bukti bahwa praktek pemberian persepuluhan itu masih berlangsung.Menurut Luk.18:12 persepuluhan itu diambil dari segala penghasilan berarti bukan hanya dari hasil ternak dan pertanian. Yesus menghardik ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, karena mereka munafik di dalam pemberian persepuluhan itu. Persepuluhan dari selasih, adas dan jintan tetapi tidak melakukan keadilan dan belas kasihan serta kesetiaan (Mat. 23:23). Inilah sebagai kunci untuk mengertikan “persepuluhan” itu. Pemberian persepuluhan tidak terpisahkan dari pelaksanaan hukum tentang keadilan, belas kasihan dan kesetiaan. Tuhan Yesus tidak pernah melarang hukum tentang persepuluhan itu tetapi Dia melarang praktek yang munafik. Apakah ahli Taurat dan orang-orang Farisi hanya memberikan persepuluhan dari hasil tanah yang sangat murah dan tidak memberikan persepuluhan dari hewan yang lebih mahal itu ?
  9. Di dalam kesusasteraan Judaisme terutama di dalam Buku Jubileum 13:25 ff secara tegas ditandaskan tentang pelaksanaan pemberian persepuluhan. Dalam ayat 26 dapat kita baca :“Dan hukum ini tidak mempunyai limit waktu; malah selalu mengatur generasi-generasi agar mereka memberikan kepada Tuhan persepuluhan dari segala-galanya, dari benih, dan anggur, dari minyak, dari kambing dan domba”.Dari sini dapat kita simpulkan bahwa “Persepuluhan itu berlaku sebagai aturan yang tetap.
  10. Di dalam sejarah gereja tidak berapa banyak terdengar tentang hal persepuluhan.Tertullianus pada akhir abad kelima menjelaskan bahwa persepuluhan itu adalah dilaksanakan secara sukarela tetapi kemujdian menjadi kewajiban bagi setiap orang Kristen. Synode Von Macon, Prancis yang dilaksanakan pada tahun 585 memutuskan tentang persepuluhan sebagai berikut :“Hukum ilahi memerintahkan semua bangsa memberikan persepuluhan dari buah-buah (penghasilan) mereka ketempat suci”. Gereja abad ke-enam mengingatkan kembali umatnya untuk melaksanakan persembahan persepuluhan. Di Perancis telah diakui hak Gereja secara hukum atas persepuluhan. Pada zaman Reformasi pun persepuluhan tidak digoyang oleh pembaharuan. Martin Luther sendiri mengakui bahwa hukum tentang persepuluhan itu adalah suatu hukum yang benar-benar indah ditinjau dari segi pergerakannya, dimana dia berkata : “Karena kalau banyak tumbuh di ladang, saya berikan banyak, kalau sedikit, saya berikan sedikit”.
  11. Di dalam praktek sehari-hari apa yang disebut persepuluhan bukan dihitung secata Matematika. Dan bukan itu yang terpenting dalam theologia persepuluhan. Tetapi kita harus jujur. Kalau sekiranya penghasilan kita ada sekitar 100 karung padi dan kita memberikan persepuluhan hanya 1 kaleng, tentu kitalah yang membohongi diri sendiri.
  12. Bagaimana kesimpulan kita dewasa ini tentang persepuluhan? Walaupun tidak ditentukan sebagai suatu peraturan, tetapi tidak ada satu ayatpun yang telah pernah membatalkan persembahan persepuluhan. Artinya kita seharusnya menjalankannya, tetapi bukan sebagai tuntutan Taurat. Rasul Paulus berkata di dalam 1 Kor. 16 : 2 : “Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kami masing-masing sesuai dengan apa yang kamu peroleh menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah, supaya jangan pengumpulan itu diadakan, kalau aku datang”.Di sini tidak disebut persepuluhan, tetapi ditentukan suatu hari di dalam satu minggu.Pelaksanaan pemberian harus sepadan dengan kerelaan dan berdasarkan yang ada pada seseorang (2 Kor. 8 : 11). Bahkan Jemaat itu bukan hanya memberikan dari harta bendanya tetapi memberikan diri mereka (2 Kor. 8 :5).

Tuhan Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukcita menurut kerelaan hatinya.Semua pemberian termasuk pemberian persepuluhan adalah sekaligus seperti menabut di ladang Tuhan, di mana Tuhan sendiri yang menyediakan benih bagi penabut dan melipat gandakannya. Dengan ketentuan : “Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga” (2 Kor. 9:6).

Di dalam pelaksanaan pemberian persepuluhan itu Tuhan menilai motif dari setiap pemberian ! Apakah kita jujur dan setia atau apakah kita munafik.Mungkin kita telah berjanji untuk memberikan persepuluhan, tetapi jika sekiranya penghasilan dari sumber yang sama itu melimpah ruah, apakah kita masih bersedia memberikannya dengan penuh sukacita? Atau apakah jumlah itu sudah terlalu banyak sehingga perlu dikurangi?Persepuluhan dapat membantu kita untuk menyerahkan persembahan kita yang sekaligus berfungsi sebagai benih ditabur.

Setiap “penabur benih” di dalam kerajaan Allah pasti membawa berkah panen.Janganlah kita menipu Allah di dalam persembahan persepuluhan dan persembahan khusus, untuk itu ada baiknya jika kita merenungkan Maleaki 3 : 10 : “Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumahKu dan ujilah Aku, Firman Tuhan semesta Alam, apakah Aku tidak membukakan tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan”.

Tuhan sendiri mengatakan dalam hal ini “ujilah Aku!” Silahkan, uji Tuhan! Tidak salah kalau kita mengujiNya! Pasti Tuhan masih membuat tanda mujizat dalam hal ini.Apakah jumlah 10% untuk persepuluhan terlalu besar bagi kita untuk setiap penghasilan? Di dalam dan bersama iman tentu tidak, tetapi secara terpaksa sudah barang tentu terlalu besar. Baiklah kita melaksanakannya bukan berdasarkan peraturan tok atau paksaan tetapi melulu berdasarkan Firman Tuhan dan sebagai persembahan syukur kepada Tuhan dengan sukacita.

Kemana Memberikan Persembahan Persepuluhan ?

[Sabda] - Dalam PL, Tuhan memberikan perintah dengan terperinci melalui Hukum Taurat kepada orang Israel untuk dilakukan sebagai kewajibannya terhadap Tuhan dan terhadap sesama. Salah satunya adalah mengenai persembahan Persepuluhan. Landasan awal persembahan itu adalah bahwa saat bangsa Israel masuk ke Tanah Perjanjian, hanya 11 suku yang mendapat pembagian tanah milik pusaka, sedangkan suku Lewi tidak.

Suku Lewi dikhususkan untuk melayani Tuhan di Kemah Suci. Sehingga Tuhan menetapkan: persembahan persepuluhan yang dipersembahkan orang Israel kepada TUHAN sebagai persembahan khusus, diberikan TUHAN kepada orang Lewi sebagai milik pusakanya; itulah sebabnya TUHAN telah berfirman tentang orang Lewi: "Mereka tidak akan mendapat milik pusaka di tengah-tengah orang Israel." (Bilangan 18:24)

Sekarang ini, orang Kristen yang bukan orang Israel tidak memiliki kewajiban terhadap orang Lewi. Sebagai gantinya, para Hamba Tuhan yang bekerja secara 'full time' di gereja dianggap sebagai pengganti orang Lewi dan berhak menerima persembahan persepuluhan. Di gereja tertentu yang pengelolaan keuangannya dilakukan sendiri oleh Pendeta, mereka menekankan bahwa persembahan persepuluhan harus diberikan secara utuh dan rutin ke gereja tersebut. Jemaat dilarang memberikan persembahan persepuluhan kepada pelayanan yang lain.

Tetapi di gereja Protestan, pengelolaan keuangan gereja dilakukan oleh bendahara gereja atau bendahara sinode (Presbiterial, sinodal), dan pendeta mendapat gaji bulanan secara tetap yang jumlahnya diputuskan oleh sidang sinode atau sidang majelis. Di gereja protestan, persembahan yang diberikan oleh jemaat digunakan selain untuk kesejahteraan Gembala Sidang, juga digunakan untuk pelayanan meja/diakonia, penginjilan atau pun yang lain.

Seluruh persembahan dari jemaat yang diberikan ke gereja dikelola oleh majelis jemaat, dan dilaporkan secara terbuka kepada jemaat dalam laporan keuangan secara berkala. Dengan pola seperti itu jemaat secara langsung bisa mengetahui secara jelas penggunaan keuangan gereja dan juga melakukan pengontrolan.

Dalam Ulangan 14:29 dan Ulangan 26:12 TUHAN menetapkan bahwa persembahan persepuluhan digunakan untuk kesejahteraan:1. Orang Lewi2. Orang asing3. Anak Yatim4. JandaJadi bukan hanya untuk orang Lewi saja, atau jika diterapkan untuk umat Kristen sekarang ini, pemberian persembahan persepuluhan bukan hanya untuk pendeta saja.
Dalam PB, Tuhan Yesus tidak lagi menekankan pemberian persembahan persepuluhan sebagai hukum harus dilakukan atau benar dan salah.

Tetapi sebaliknya Tuhan Yesus menyempurnakannya dengan memberikan dua contoh nyata yang sangat ekstrem. Dalam Matius 19:16-22, Tuhan Yesus meminta kepada anak muda yang kaya supaya menjual semua hartanya, memberikan kepada orang-orang miskin dan mengikut Tuhan Yesus. Tuhan Yesus tidak meminta anak muda itu untuk memberikan semua hartanya untuk orang Lewi, tetapi secara langsung memberikan kepada orang-orang miskin.

Dalam Markus 12:41-44, Tuhan Yesus menunjukkan kepada para muridnya persembahan seorang janda miskin sebesar dua peser ke dalam peti persembahan di bait Allah. Walaupun sangat kecil, dua peser itu dikatakan Tuhan Yesus sebagai seluruh nafkahnya. Janda miskin itu memberikan seluruh nafkahnya ke bait suci untuk orang Lewi. Dalam dua contoh itu ternyata yang mau disampaikan oleh Tuhan Yesus adalah bukan berapa besar dan kepada siapa persembahan itu diberikan, tetapi bagaimana sikap hati si pemberi kepada Tuhan.

Yang pertama, mengenai orang muda yang datang kepada Tuhan Yesus. Walaupun sudah melakukan semua hukum taurat sejak masa mudanya, tetapi dia sangat terikat dengan hartanya yang banyak. Tuhan Yesus katakan dia harus menjual semua hartanya dan memberikan kepada orang-orang miskin untuk beroleh harta di sorga. Untuk masuk sorga dia harus melepaskan semua keterikatan kepada kekayaannya.

Contoh yang kedua, dua peser yang diberikan oleh janda miskin itu adalah seluruh nafkahnya. Tuhan Yesus menyatakan bahwa janda miskin memberikan persembahan lebih banyak dari semua orang karena mereka memberi dari kelimpahannya sedangkan janda miskin memberikan seluruh nafkahnya. Janda miskin itu memberikan seluruh nafkahnya karena hatinya sangat cinta akan Tuhan.

Rasul Paulus menyatakan dalam Roma 12:1 agar orang Kristen mempersembahkan tubuhnya sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah bentuk ibadah yang sejati. Roma 12:1 menyatakan tentang bentuk persembahan yang 'utama' di hadapan Tuhan yaitu mempersembahkan tubuh; dibandingkan dengan memberikan persembahan persepuluhan dengan 'terpaksa'.

Tetapi rupanya Roma 12:1 banyak digunakan sebagai 'perisai' oleh orang Kristen untuk menghindar memberikan persembahan persepuluhan. Menurut mereka, mempersembahkan seluruh hidup itu jauh lebih besar nominalnya daripada persembahan persepuluhan. Itu kelihatannya masuk akal, tetapi kenyataannya yang sebenarnya adalah: bagaimana orang bisa mempersembahkan seluruh tubuhnya, jika untuk memberikan persembahan persepuluhan saja susah sekali.

Jika mau contoh persembahan seluruh tubuh yang nyata bisa kita lihat pada permintaan Tuhan Yesus kepada anak muda yang kaya untuk menjual seluruh hartanya (seratus persen), memberikan kepada orang-orang miskin dan mengikut Tuhan Yesus (Matius 19:16-22).
Tuhan Yesus maupun Rasul Paulus menyatakan bahwa memberikan persembahan tidak lagi dipandang sebagai kewajiban yang dinyatakan benar dan salah secara matematis. Orang Kristen memberikan persembahan adalah sebagai bentuk cinta kasih dan hubungannya yang akrab dengan Tuhan. Oleh karena itu dalam 2 Korintus 9:7 dikatakan bahwa Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Dengan sukacita karena telah memberikan menurut kerelaan hatinya, bukan dengan sedih hati atau karena paksaan.

Kemudian bagaimana dengan persembahan persepuluhan itu sendiri? Jumlah seperpersepuluh adalah satu tuntunan mengenai besaran nominal persembahan yang bisa dijadikan acuan oleh orang Kristen dalam memberikan persembahan. Kalau mau setia, maka segala bentuk penghasilan yang diterima harus dihitung sepuluh persennya sebagai persembahan - termasuk jika menerima arisan atau angpaw dari keluarga.

Dengan berlatih memberikan persembahan persepuluhan secara setia dan dari jumlah yang kecil, orang Kristen akan dimampukan oleh Roh Kudus untuk memberikan persembahan yang lebih besar dengan sukacita. Pada akhirnya orang Kristen akan mampu mempersembahkan seluruh tubuhnya sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah; karena itu adalah bentuk ibadah yang sejati (Roma 12:1)

Mengenai cara pemberian persepuluhan - untuk gereja yang menekankan bahwa persembahan persepuluhan harus diberikan kepada Pendeta, hendaknya dilakukan seperti itu. Karena pengelolaan keuangan dilakukan sendiri oleh pendeta yang bersangkutan. Tetapi untuk gereja yang menerapkan sistem presbiterial (sidang majelis) atau sinodal (sidang sinode), persembahan persepuluhan dapat dimasukkan ke dalam persembahan bulanan atau dimasukkan secara langsung ke dalam kantong persembahan.

Jika gereja tersebut telah memiliki kemampuan finansial yang besar, persembahan persepuluhan itu bisa juga diberikan kepada pelayanan hamba Tuhan yang lain yang 'membutuhkan' atau diberikan kepada orang asing, anak yatim atau janda miskin (Ulangan 14:29, 26:12). Tetapi diingatkan oleh Rasul Paulus, bahwa janda yang berhak menerima persembahan persepuluhan adalah janda tua yang miskin, bukannya janda muda yang cantik (1 Timotius 5:5-15).

Persembahan persepuluhan sebaiknya diberikan kepada gereja lokal tempat orang Kristen tersebut dilayani. Gereja lokal akan mengelola persembahan persepuluhan untuk digunakan sesuai dengan pelayanan yang dilakukan di gereja tersebut. Tetapi tidak tertutup kemungkinan, orang Kristen memberikan persembahan persepuluhan secara langsung kepada hamba Tuhan yang lain yang 'membutuhkan', orang miskin, anak yatim atau pun janda tua miskin sesuai dengan tuntunan Roh Kudus dalam hatinya (Matius 19:21).

Pada saat seorang Kristen memberikan persembahan persepuluhan dengan setia dan penuh sukacita, maka Tuhan PASTI menggenapi janjiNya untuk: "Membuka tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat sampai berkelimpahan." (Maleakhi 3:10). Tuhan Yesus tidak menilai berapa banyak dan kepada siapa persembahan persepuluhan itu diberikan, tetapi Tuhan menilai hati si pemberi persembahan itu.

Tuhan Yesus mengajarkan orang Kristen untuk memberikan persembahan dengan sukacita agar tidak terikat kepada harta bendanya - karena SUKAR SEKALI bagi orang kaya (yang umumnya bergantung dan mengandalkan hidup pada kekayaannya) untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga (Matius 19:23). Coba kalau firman Tuhan itu diperjelas: "... karena MUDAH SEKALI bagi orang kaya untuk masuk ke dalam NERAKA." (Mengerikan sekali...)

Jadi sebaiknya orang Kristen tidak usah mempertentangkan mengenai ketentuan pemberian persembahan persepuluhan dan kepada siapa harus diberikan. Lebih baik mencoba melakukan sendiri untuk menguji sejauh mana kebenaran firman Tuhan di Maleakhi 3:10 dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya minta bimbingan Roh Kudus untuk menunjukkan kepada siapa persembahan itu akan diberikan. Kepada gereja lokal, kepada hamba Tuhan yang 'membutuhkan', kepada orang asing, anak yatim atau kepada janda miskin. Ingat: janda tua yang miskin.

Hendaklah masing-masing memberikan (persembahan persepuluhan atau semua jenis persembahan yang lain) menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita (2 Korintus 9:7)

Persembahan Persepuluhan

[Jalan Suci Group] - Kebenaran-kebenaran Allah dalam firman Tuhan mempunyai segi dan sisi yang luas dan berbeda-beda dalam ungkapan-ungkapannya sesuai dengan pokok-pokok penekanannya dalam maksud dari bermacam-macam hal.
Kita sebagai umat Tuhan dalam hal ini harus penuh dengan Roh agar dapat mengetahui ungkapan-ungkapan Firman Tuhan itu yang maksud dan tujuannya yang berbeda-beda pula. Sehingga kita betul-betul memahami dan melakukan dalam perjalanan dan kehidupan rohani kita setiap saat. Kebenaran-kebenaran dalam Firman Tuhan ini juga merupakan peraturan-peraturan, ketentuan-ketentuan dan ketetapan Allah yang kalau kita mentaatinya akan hidup dan diberkati Allah, tetapi kalau kita tidak mentaatinya maka kita tidak diberkati Allah.
Kita mau belajar dan memahami salah satu dari sekian banyaknya kebenaran-kebenaran Firman Tuhan itu yaitu peraturan-peraturan korban sepersepuluh.Sebagai umat Tuhan Tubuh Kristus Persepuluhan atau Sepersepuluh (1/10) dari hasil pendapatan kita, yang harus kita bayar kepada Allah dalam Perbendaharaan Rumah Tuhan sebagai Wajib Pajak Warga Kerajaan Allah. Sepersepuluh yang kita bayar adalah pajak Kerajaan Allah sebagai modal untuk menggerakkan roda pemerintahan dan roda pembangunan Kerajaan Allah atau Tubuh Kristus di atas muka bumi ini agar segera terwujud doa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus (Mat. 6:9-13) “Datanglah Kerajaan Allah penuhi bumi ini agar kehendak Allah terjadi di bumi ini seperti yang terjadi di surga”.
Persembahan sepersepuluh umat Tuhan kepada Allah juga sebagai modal Anggaran Pendapatan dan Belanja Rumah Allah/Tubuh Kristus, untuk kesejahteraan kehidupan pekerjaan pelayanan aparat-aparat dan pejabat-pejabat Rumah Allah yaitu Hamba-hamba Tuhan yang sepenuh hidup dan waktunya melayani Allah dalam mengurus dan memimpin Rumah Allah. Firman Tuhan sangat jelas mengatur sistem persembahan persepuluhan yang benar dan bekenan kepada Tuhan sesuai dengan sistem pekerjaan Imamat yang bekeja menurut gambar rancangan Allah yang ditetapkan Allah. Dan bukan sekedar persepuluhan yang diberikan kepada kas gereja untuk membiayai kehidupan pendeta/gembala sidang satu orang yang memimpin/menggembalakan satu jemaat dalam satu tempat/kota.
Persepuluhan yang merupakan pajak umat Tuhan sebagi wajib bayar pajak kepada Kerajaan Allah berarti sepersepuluh harus benar-benar dibayar kepada pekerjaan pelayanan Sistem Imamat Rajani atau Imamat Berkerajaan (Kel. 19:6). Yaitu pekerjaan Tuhan yang bervisi dan berpola rencana Allah ber-Tubuh Kristus dengan satu kepemimpinan jemaat jamak/majemuk yang terdiri dari beberapa Hamba-hamba Tuhan sebagai pemimpin satu jemaat lokal yang disebut “Sidang Penatua” (I Tim. 4:14; I Ptr. 5:2-6).
Kebenaran Persembahan Persepuluhan dan pekerjaan Tuhan sistim Imamat Rajani yang layak di bayar persepuluhan ke sana, maka semuanya akan jelas dalam pengajaran-pengajaran Firman Tuhan lebih lanjut pada uraian berikut ini.
I.DASAR MULANYA PERSEPULUHAN DALAM FIRMAN TUHAN
1. Persepuluhan Ibrahim (Kej. 14:18-20). Pertama kali sepersepuluh mulai dilaksanakan oleh Ibrahim dalam pertemuannya dengan Melkisedek. Ibrahim memberi sepersepuluh dari hasil jarahan perangnya kepada Melkisedek dan Melkisedek memberkati dengan roti dan anggur. Pertemuan Ibrahim dan Melkisedek dan apa yang mereka lakukan kepada semua generasi (Gal. 3:16). Dalam perjanjian kekal ini ditandai beberapa peristiwa sebagai kebenaran kekal yaitu :
a. Melkisedek sebagai Raja Damai dan Imam Besar Allah yang tidak bersilsilah dan muncul tiba-tiba (Ibr. 7). Melkisedek menyatakan sistem Imamat Rajani dari kerajaan Allah kepada Ibrahim sebagai gambaran/ lambang yang merupakan nubuat, tetapi digenapi di dalam Tuhan Yesus Kristus sebagai Raja dan Imam Besar.
b. Melkisedek memberi Roti dan Anggur kepada Ibrahim menggambarkan Makanan Minuman Rohani dari Allah dalam Firman Tuhan dan Roh Kudus dan menggambarkan Tubuh dan Darah Yesus Anak Domba Allah dalam kenyataan Perjamuan Suci.
c. Ibrahim memberi sepersepuluh kepada Melkisedek.
Perjanjian kekal Allah antara Ibrahim dengan Melkisedek menibulkan kebenaran-kebenaran sistem imamat berkerajaan, (I Ptr. 2:5,9,10), sistem Perjamuan Suci dan sistem Persepuluhan. Pekerjaan Tuhan yang berpola Imamat Rajani yaitu satu perhimpunan Tubuh Kristus satu jemaat satu kota dengan sistem Kepemimpinan jemaat majemuk yaitu sidang penatua, tiap hari harus berhimpun bersama kepada Allah dalam satu meja Perjamuan Suci dan kesanalah umat Tuhan benih Ibrahim (Gal. 3:7,14,16) membawa Persepuluhnya kepada Tuhan. Perjanjian kekal antara Ibrahim dan Melkisedek mempunyai 3 unsur sistem Imamat Rajani, sistem Perjamuan Suci, dan sistem Persepuluhan. Tiga unsur ini mempunyai kesatuan dan keterkaitan satu dengan yang lain dan berlaku permanen sebagai peraturan-peraturan, ketentuan-ketentuan Allah yang hidup dalam satu perhimpunan jemaat satu tempat sebagai Tubuh Kristus.
2. Sepersepuluh dari Yakub (Kej. 28:10-22). Yakub membayar sepersepuluh kepada Allah sebagai nazarnya dan Allah berjanji memberkati Yakub. Sepersepuluhnya Yakub berlaku karena Allah memberkati Yakub dan Yakub bernazar yaitu (berjanji kepada Allah) untuk membayar sepersepuluh kepada Allah dalam Rumah Allah. Dasar Yakub bernasar membayar Seperseuluh kepada Allah karena :
a. Yakub bermimpi melihat Allah dan Rumah Allah. Yakub melihat visi Allah yang jelas tentang rencana Allah. b. Allah berjanji memberkati Yakub, menyertai Yakub,melindungi Yakub dan memberikan tempat atau Negeri baru kepadanya dalam visi rencana Allah yang dilihat Yakub. c. Yakub mengakui Rumah Allah di tempat dia melihat visi itu. Pekerjaan Allah yang kita jalani dan mengenal senagai Rumah Allah (Visi Tubuh Kristus), tidak hanya kegiatan gereja biasa-biasa saja. d. Yakub mendirikan sebuah batu dan mengurapinya sebagai Rumah Allah. Visi Tubuh Kristus yang kita jalani dasarnya adalah Yesus sebagai batu penjuru tertancap dalam hati yang yakin, mulut mengaku Yesus Kristus Tuhan (Rom. 10:9-10; Ef. 2:20-22; I Kor. 3:10-11; I Ptr. 2:5-8; Maz. 118:22; Yes. 28:16; Mat. 21:42,43; Kis. 4:11,12; Mat. 16:16-18) seseorang akan melihat visi Tuhan tentang Allah dan Tubuh Kristus harus dibangun dengan dasar batu penjuru yang kuat yaitu : pengetahuan dan pengenalan Ilahi yang jelas tentang Tuhan Yesus serta hati yang yakin dan mulut yang mengakuinya, sehingga Tuhan Yesus terletak kuat dalam hati sebagai Batu Penjuru yang mahal dan indah. Jika kita melihat bahwa Yakub diberkati Allah karena melihat visi. Dan Sepersepuluh dari semua berkat yang dia terima dari Allah kemanapun dia pergi, tetap dia bawa kembali kepada Allah di Rumah Allah sebagai wadah dan tempat dia pertama kali melihat dan mengalami kemuliaan Tuhan dalam dirinya karena disitulah dia bernazar. (Kej. 35:1-16,17).
3. Persepuluhan Umat Israel (Bil. 18:21-24 (25-28); Ul. 14:22-29; Ul. 12:5-6; Im 27:30). Sepersepuluh dari umat Israel kepada Allah untuk Imamat Lewi. Suku Lewi tidak mendapat bagian dalam warisan tanah perjanjian, tetapi Allah menetapkan mereka untuk mengurus Rumah Allah dan kehidupan mereka diatur melalui Persembahan Sepersepuluh dari hasil pendapatan umat Israel. Sepersepuluh dengan sistem imamat Lewi ditetapkan berdasarkan hukum torat karena akibat ketidak taatan orang Israel, menyembah patung lembuh emas (Kel. 19:32). Allah marah dan menetapkan sistem imamat kepada bani Lewi dengan sistem perpuluhannya yang sifatnya sementara dan satu waktu akan ditiadakan, tapi rencana Allah semula adalah Allah menetapkan sistem Imamat seluruh bangsa pilihan (Kel 19:6). Bukan imamat satu suku Lewi, tetapi Imamat satu bangsa Pilihan mencakup semua orang percaya pilihan Allah.
Jadi kita melihat disini bahwa sistem Imamat satu bangsa pilihan Israel sudah beralih kepada sistem imamat satu suku Lewi akibat ketidak taatan dan pemberontakan kepada Allah. Dalam praktek sekarang juga begitu yaitu sistem imamat gerejani satu suku pendeta satu orang yang memimpin dan melayani satu jemaat dan menerima perpuluhan menggantikan sistem imamat satu bangsa semua orang percaya oleh Darah Yesus Kristus sebagai satu Tubuh Kristus berfungsi semua anggota.
Berlakunya imamat satu suku Lewi dengan sistem perpuluhannya, tetapi perpuluhannya umat Israel tetap di bawa kedalam Perbendaharaan Rumah Allah sebagai tempat yang Allah pilih dan Allah tentukan untuk Allah diam disana (Ul. 12:5-6).
4. Kelanjutan Persepuluhan Israel dalam Bait Allah (Mat. 3:8-10; Neh. 10:35-39; Neh. 13:10-13). Peraturan Perpuluhan dipulihkan lagi bersama dengan pembangunan kembali bait Allah setelah pembuangan dari Babel. Demi kelancaran pelayanan dalam Rumah Allah, maka Perbendaharaan Rumah Allah harus tetap terisi penuh dengan persembahan Perpuluhan agar Rumah Allah selalu tersedia makanan dan minuman. Umat Allah harus memperhatikan dan mengisi Perbendaharaan Rumah Allah, maka Allah akan mempehatikan dan mengisi lumbung tiap umat Tuhan. Sebab hal ini merupakan suatu prinsip dari Allah.
5. Penegasan Tuhan Yesus Kristus tentang Persepuluhan dalam Perjanjian Baru (Mat. 23:23). Tuhan Yesus menegaskan tentang Persembahan Persepuluhan yang diberikan kepada Allah dalam Rumah Allah harus ada keseimbangan dengan keadilan, belas kasihan dan kesetiaan dalam hati umat Tuhan antara satu terhadap yang lain. Bila umat Tuhan rajin memberi Persepuluhan kepada Allah tetapi hidupnya mengabaikan keadilan, belas kasihan dan kesetiaan maka tidak berkenan kepada Tuhan atau bila umat Tuhan mengatakan bahwa mereka hidup dalam keadilan, punya belas kasihan dan kesetiaan tetapi tidak setia memberi Perpuluhan dalam Perbendaharaan Rumah Allah maka juga tidak berkenan kepada Allah. Oleh sebab itu umat Allah harus lebih taat dalam melakukan Persembahan Perpuluhan dan diimbangi hidup dalam keadilan dan belas kasihan serta kesetiaan. Perpuluhan tidak hanya sebagai peraturan hukum torat yang berlaku dalam Perjanjian Lama tetapi juga berlaku dalam Perjanjian Baru pada zaman Tuhan Yesus datang dan zaman gereja.
6. Persepuluhan dalam Imamat Rajani Tuhan Yesus Kristus (Ibr. 7:1-17(ay 4-19). Prinsip Imamat Rajani Melkisedek dengan Ibrahim dalam suatu Perjanjian kekal muncul lagi dalam Perjanjian Baru Imamat Rajani Tuhan Yesus Kristus sebagai wujud penggenapannya dengan umat tebusan-Nya.
Tuhan Yesus adalah Raja kebenaran dan Raja Damai sejahtera. Tuhan Yesus adalah Imam Besar menurut peraturan Melkisedek (Maz. 110:1-5; Ibr. 4:15,15; Ibr. 5:5,6,10; Ibr. 6:20; Ibr. 7:16,17,21; Ibr. 8:103). Tuhan Yesus sebagai Imam Besar menggenapi dan mengakhiri sistem Imam besar Harun dalam hukum torat dan Dia menjalani sistem Imam Besar Melkisedek. Sistem Imamat Rajani dalam diri Tuhan Yesus adalah karena Tuhan Yesus sebagai Imam Besar Allah yang Maha Tinggi (fs 7:1), dalam keberadaan-Nya sebagai anak Allah, Dia satu dengan Allah Bapa. Dan Tuhan Yesus juga sebagai manusia yang menanggung manusia dalam diri-Nya, sehingga Tuhan Yesus mempunyai jabatan Imam besar-Nya dari dua sisi dan menjalankan fungsi Imam Besarnya untuk kepentingan kedua belah pihak yaitu pihak Allah dan pihak manusia didamaikan dan disatukan, karena Tuhan Yesus sebagai Imam Besar Allah dan Imam Besar kita manusia maka Dia bisa menjadi mediator/perantara yang mendamaikan manusia dengan Allah dalam mengorbankan diri-Nya di atas kayu salib sebagai Anak Domba Allah yang mencurahkan darah-Nya menebus kita manusia menjadi Imam-imam dan Raja-raja bagi Kerajaan Allah dalam sistem Imam Melkisedek, (Kel. 19:6; Wah. 5:10; Wah. 1:5,6; I Ptr. 2:4,9,10). Dengan demikian maka semua orang percaya yang ditebus oleh Darah Tuhan Yesus (I Ptr. 1:18-29) dan dibaptis oleh satu Roh Kudus menjadi satu Tubuh Kristus (I Kor. 12:12,13) berarti semua adalah Imam-imam yang berkerajaan yang mempunyai karunia masing-masing dan fungsi pelayanan masing-masing yang terikat satu dengan yang lain sebagai satu Tubuh Kristus (Ef. 4:16; Kol. 2:19; Rom. 12:4-6; I Kor. 12:14-28). Dalam sistem Imamat Rajani menurut Melkisedek Tuhan Yesus Kristus, tidak ada kaum pendeta dan kaum jemaat awam yang pasif saja. Tetapi kita dilahirkan rohani dalam Sistem Imamat Rajani Tuhan Yesus maka kita juga harus hidup dan melayani dalam Sistem Imamat Rajani ber-Tubuh Kristus.
Kita sebagai anak-anak Allah keturunan Ibrahim rohani (Gal. 3:7,14,16) harus terikat dalam Perjanjian kekal karena terhisap kepada sulbi rohani Ibrahim yaitu iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Waktu Ibrahim membayar Perpuluhan kepada Melkisedek maka secara rohani dan iman kita ada di dalam sulbi rohani Ibrahim ikut membayar perpuluhan kepada Melkisedek. Iman harus disertai perbuatan sebab iman tanpa perbuatan mati rohani kita. Perbuatan kita dalam iman benih Ibrahim adalah melakukan Perjanjian Kekal Sistem Imamat Melkisedek Rajani yaitu visi kehidupan berjemaat Tubuh Kristus.
Kita harus terikat sebagai anggota Tubuh Kristus dalam satu jemaat lokal sehingga kita mempersembahkan Perpuluhan kita kepada Allah dalam Perbendaharaan Rumah Allah, pada waktu kita satu perhimpunan umat Allah satu kota terhimpun beribadah kepada Allah dalam satu meja Perjamuan Suci.
Pada waktu kita berhimpun beribadah bersama-sama dalam satu meja Perjamuan Suci maka kita mendapat berkat makanan minuman rohani dari hadirat Allah, suasana Roh Kudus dengan karunia-karunia-Nya, makanan dan minuman rohani dari suasana Firman Tuhan dan makanan minuman dari Tubuh dan Darah Kristus bersama-sama. Maka kita harus memberkan Sepersepuluh dari hasil pendapatan kita kepada Allah di depan meja Perjamuan Suci. Sebab Perjamuan Suci sebagai gambaran dari Yesus Anak Domba Allah yang sudah tersalib serta tersembelih dan terletak ditengah-tengah kita. Dengan berlakunya sistem perhimpunan jemaat ber-Tubuh Kristus lokal satu kota dengan satu meja Perjamuan Suci, dan Perpuluhan dibawa kepada Perbendaharaan Rumah Allah pada waktu perjamuan suci itu, dan berjalannya pola kepemimpinan jemaat majemuk maka akan mencegah Tubuh Kristus dari pengelompokan-pengelompokan, perbedaan-perbedaan, persaingan-persaingan dan perpecahan. Sebaliknya lebih memantapkan kenyataan kesatuan, persekutuan dan kebersamaan Tubuh Kristus satu kota/satu tempat.
Sistem perhimpunan satu jemaat yang berbeda-beda, dan yang banyak dalam satu kota yang walaupun satu organisasi dengan meja Perjamuan Suci yang terpisah-pisah dan dengan Perpuluhan yang dibawa kepada pemimpin atau pendeta jemaat satu orang yang berbeda dalam satu kota , dan berjalannya tata cara ibadah yang berlainan dengan program-program kegiatan yang berbeda-beda maka akan lebih memperkuat dan memperkokoh perbedaan-perbedaan, pengelompokan-pengelompokan dan perpecahan Tubuh Kristus dalam satu kota. Inilah sifat keakuan manusia yang independen berdiri sendiri terpisah dari kesatuan Tubuh Kristus satu kota tapi yang akan dihancurkan oleh Kristus melalui sistem Imamat Rajani Tubuh Kristus dalam satu meja Perjamuan Suci.
Satu perhimpunan Tubuh Kristus dengan kepemimpinan Kepenatuaan Majemuk dan Perjamuan Satu Meja dengan Persepuluhan yang dibawa waktu Perjamuan Suci menunjukkan kenyataan kita berhimpun kepada Tuhan Yesus sebagai Anak Domba Allah, sebagai Imam Besar dan sebagai Raja dan Tuhan yang bertahta di tengah-tengah perhimpunan umat Tuhan (Wah. 5,8; Ibr. 8:2) merupakan inti pusat dari perhimpunan ibadah kita.
Dalam Yeh. 1;10 dan Wah. 4;5 menggambarkan satu perhimpunan Tubuh Kristus sebagai mahluk-mahluk hidup yang banyak sayap, banyak mata dan banyak roda-roda yag pengertiannya adalah jemaat yang terarah, tertuju berpusat kepada Tuhan Yesus yang bertahta ditengah-tengah umat-Nya sebagai Allah Tuhan yang Maha Kuasa, sebagai Anak Domba Allah dan sebagai Imam Besar Melkisedek.
Sistem perhimpunan jemaat Tubuh Kristus dan Sistem Kepemimpinan Kepenatuaan Majemuk yang berpusat kepada Tuhan Yesus dalam gambaran Yeh. 1; dan Wah. 4 dan 5, sebagai sistem kepemimpinan roda yang berputar yaitu sistem perhimpunan dan kepemimpinan yang mengelilingi atau melingkar dan Tuhan Yesus yang bertahta di tengah-tengah.
Sistem perhimpunan umat dan kepemimpinan yang berhimpun sekeliling Tuhan Yesus Anak Domba Allah sebagai roda berputar menggambarkan sikap persekutuan dan hubungan antara satu dengan yang lain yang ada persekutuan Roh, ada kesatuan hati, ada kebersamaan, saling menghormati dan menghargai, saling merendahkan diri, saling mengasihi, saling mengampuni, saling mendukung dalam fungsi karunia pelayanan yang berbeda-beda sehingga semuanya memusatkan perhatian, pujian, pelayanan, kehormatan, kemuliaan kepada Tuhan Yesus Anak Domba Allah yang ada ditengah-tengah mereka sebagai Poros, Pusat inti roda itu/perhimpunan itu. Dengan sistem ini maka poros itu akan hidup menggerakkan roda kepemimpinan jemaat sehingga bisa berputar lancar dalam fungsi pelayanan masing-masing dan umat Tubuh Kristus hidup bergerak maju, berkembang menjadi sempurna. Tidak ada kepemimpinan manusia yang menonjol sebagai bos ditengah-tengah lalu dikelilingi oleh umat dan pembantu-pembantu pemimpin yang berhimpun kepada pemimpin itu untuk memuja dan menghormatinya.
Bentuk kepemimpinan ini disebut sistem perhimpunan dan kepemimpinan jemaat pola mesir atau duniawi yang menggambarkan sebagai bangunan piramida mesir. Inilah struktur sistem kepemimpinan yang puncaknya adalah satu manusia yang terkenal dan sebagai pemimpin tertingginya dan membawahi wakil-wakil pemimpin dan anggota-anggota jemaat, sehingga semua orang itu rendah dan memandang ke atas menghormati sang pemimpin jemaat yaitu pendeta atau gembala sidang satu orang sebagai bosnya. Pola perhimpunan dan kepemimpinan jemaat seperti ini juga digambarkan sebagai menara babel yang menjulang tinggi, tetapi kacau balau dan tidak berpola Allah, tetapi berpola manusia dan duniawi yang angkuh, sombong, selalu bertentangan dengan pola dan peraturan-peraturan Ilahi dari Allah.
Kitab Wahyu 4; 5, diuraikan bahwa perhimpunan jemaat dan Kepemimpinan Kepenatuaan jamak berkeliling beribadah berpusat kepada Tuhan Yesus sebagai Allah Tuhan yang Maha Kuasa dan sebagai Anak Domba Allah yang telah tersembelih yang bertahta di tengah-tengah perhimpunan, sehingga Dia layak menerima hormat, dan kuasa dan puji-pujian selama-lamanya. Inilah kepemimpinan Tubuh Kristus yang disebut pola kepemimpinan roda atau lingkaran, juga disebut pola sistem Imamat Berkerajaan menurut peraturan Melkisedek. Ketaatan kita dalam sistem perhimpunan Imamat Melkisedek ini adalah kenyataan sikap kita menghormati, memuja, memuliakan, mengagungkan dan meninggikan Tuhan Yesus sebagai Anak Domba Allah yang bertahta ditengah kita dan juga sikap kita menjunjung tinggi keutuhan, kesatuan, kebersamaan satu Tubuh Kristus dan menentang perpecahan.
Jadi semua Persembahan Persepuluhan umat Allah harus diberikan kepada Allah waktu satu Tubuh Kristus berhimpun semua anggota dalam satu kota beribadah kepada Allah dalam satu meja Perjamuan Suci makan minum Tubuh dan Darah Yesus. Dengan berlakunya Imamat Melkisedek ini mengikat kita dalam kuasa hidup yang tidak berkesudahan/tidak ada batasnya dalam perjanjian kekal (Ibr. 7:15,16). Maka kita tidak lagi memberi perpuluhan kepada sistem imamat suku Lewi yaitu sistem imamat suku pendeta atau sistem kas gereja organisasi dengan gembala jemaat satu orang. Sebenarnya sistem ini sudah digenapi dan dibatalkan, diakhiri dan dibubarkan Tuhan Yesus karena bersifat sementara sebagai hukum torat, bukan perjanjian kekal yang harus dilakukan lagi.
II. SEPERSEPULUH SANGAT PENTING BAGI UMAT TUHAN (Im 27:30; Mal 3:8-10)
Berdasarkan ayat-ayat Firman Tuhan diatas maka kita melihat bahwa Persembahan Persepuluhan sangat penting diperhatikan dan ditaati umat Tuhan.
1. Sepersepuluh adalah “MILIK TUHAN” bukan milik dan hak umat Tuhan walaupun untuk keperluan kesejahteraan Hamba-hamba Tuhan yang memimpin bersama-sama dalam Rumah Allah. Kita membayar Perpuluhan kepeda Tuhan artinya kita mau mendengar dan mentaati Allah dan firman-Nya. Bil. 18:24, mengatur bahwa Israel mempersembahkan Perpuluhan kepada Tuhan, bukan kepada manusia, itulah sebabnya Sepersepuluh adalah “MILIK TUHAN” yaitu bagiannya Tuhan berarti Persembahan Kudus.
2. Kalau tidak memberi Persembahan Persepuluhan kepada Tuhan berarti menipu dan berdusta kepada Allah (Mal. 3:8,9), dan dianggap telah korupsi atau mencuri milik dan bagian-Nya Tuhan.
3. Bila tidak memberi Perpuluhan kepada Tuhan maka Allah akan mengutuknya (Mal. 3:9). Akibat dari kutuk Tuhan, kita akan ditimpa berbagai bencana, malapetaka, bela-bela dan kesusahan-kesusahan.
4. Umat Tuhan taat memberi Perpuluhan kepada Tuhan, maka Allah akan memberikati dengan berkelimpahan (Mal. 3:10).
5. Ketaatan memberi Perpuluhan kepada Tuhan adalah sikap kita menguji (bertaruh) dengan Allah atas kemampuan dan keperkasaan-Nya untuk membuka tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat-Nya dengan berkelimpahan dalam kehidupan kita (Mal. 3:10).
6. Supaya ada persediaan makanan selalu dalam Rumah Tuhan (Mal. 3:19), yaitu persediaan makanan jasmani untuk Hamba-hamba Tuhan dan mereka berkonsentrasi pada pelayanan doa (mesbah) dan pelayanan firman/mimbar berjalan dengan baik (Kis. 6:4). Bila Hamba-hamba Tuhan kesejahteraan penghidupannya lancar maka Hamba-hamba Tuhan menyiapkan makanan rohani dalam Rumah Allah dan umat Allah selalu dipuaskan dan kenyang dengan Pelayanan rohani seperti apa yang dikatakan Rasul Paulus yaitu kami menabur rohani kepada jemaat dan menuai jasmani dari jemaat (I Kor. 9:11,12).
7. Perbendaharaan Rumah Allah penuh dengan Persembahan Perpuluhan (Neh. 10:37,38; Bil. 18:26-28), maka pelayanan 5 jawatan berfungsi dan bebas melayani kemanapun untuk membangun Tubuh Kristus tanpa membebani diri dan memusingkan diri dengan penghidupan jasmani (Ef. 4:11-16).
III. PERSEPULUHAN ADALAH UNTUK UNTUK PERBENDAHARAAN RUMAH TUHAN (Mal. 3:10; Neh. 10:38; Ul. 12:5-6; Ul. 14:23)
Persembahan perpuluhan dari umat Tuhan tidak boleh dibawa dan diberikan ke mana-mana tempat, tapi hanya dibawa dan diberikan kepada perbendaharaan rumah Tuhan. Perbendaharaan rumah Tuhan yang dimaksud adalah :
1. Sidang jemaat ber-Tubuh Kristus lokal/setempat/satu kota sebagai perbendaharaan Rumah Tuhan di mana tiap anggota jemaat hidup dan tinggal terhisap sebagai anggota Tubuh Kristus mencakup semua aktifitas/kegiatan-kegiatan rohani dan jasmani, karena dilahirkan rohani di situ dan terus diberikan makanan rohani di situ dan terus diberikan makanan rohani di situ dan bertumbuh berkembang rohaninya di situ.
2. Sidang jemaat ber-Tubuh Kristus adalah Perbendaharaan Rumah Tuhan sebagai tempat yang dipilih Tuhan (Kej. 28 : 23 ; Maz. 132 : 1-5,13,14 ; II Taw. 7 : 16,14). Yaitu jemaat yang sungguh-sungguh berada dalam satu perhimpunan umat Tuhan yang penuh Roh Kudus dan ada kenyataan kesatuan, kebersamaan dalam prinsip-prinsip ibadah, kehidupan dan pelayanan dan kepemimpinan kepenatuaan yang majemuk.
3. Sidang jemaat ber-Tubuh Kristus lokal adalah Perbendaharaan Rumah Tuhan sebagai tempat dan wadah dimana Tuhan Yesus sebagai kepala hadir, menyatakan diri, dan diam di sana (Kel. 25:8,9; Ef. 2:20-22). Sebab prinsip-prinsip jemaat ber-Tubuh Kristus adalah berasas kebersamaan, kepemimpinan jemaat jamak dimana semua orang sama rata, beda fungsi karunia pelayanan dan Yesus Tuhan sebagai kepala yang tinggi, besar dan dihormati berada ditengah-tengah perhimpunan jemaat.
4. Sidang jemaat ber-Tubuh Kristus lokal adalah Perbendaharaan Rumah Tuhan yang didalamnya nama Tuhan Yesus ditegakkan, dihormati, dimuliakan. Tidak ada orang yang namanya dipuji, karunia pelayananya disanjung dan dicari-cari umat, tetapi nama Tuhan Yesus yang dicari, dirindukan oleh semua orang yang berhimpun untuk menegakkan nama-Nya.
IV. YANG MEMBERI PERSEPULUHAN
Israel Imamat orang Lewi Imam-imam dan Imam Besar 1/10 1/10 dari 1/10
1.= Umat Israel 2.= Imamat Orang Lewi 3.= Imam-imam dan Imam Besar
- Umat Israel memberi perpuluhan kepada Imamat orang Lewi. - Imamat orang Lewi memberi perpuluhan dari perpuluhan yang didapatkan dari umat Israel kepada Imam Besar Harun dan anak-anaknya (5 orang).
Dalam umat Tuhan,rohani adalah sebagai berikut :
Umat Israel menunjukkan kepada umat Tuhan anggota jemaat ber-Tubuh Kristus satu lokal memberi perpuluhan kepada Imamat Lewi adalah gambaran dari Hamba-hamba Tuhan yang melayani full/penuh dan menetap pada satu lokal jemaat ber-Tubuh Kristus memberi perpuluhan dari perpuluhan yang didapatkan dari umat Tuhan satu jemaat lokal kepada imam-imam dan imam besar yang adalah gambaran dari pelayanan 5 Jawatan Roh (Ef. 4:11) sebagai tangan kanan dari Imam Besar Tuhan Yesus Kristus yang dari luar datang pergi, keluar masuk memberi pelayanan dan bertanggung jawab penuh mengawasi dan melayani pembangunan Tubuh Kristus dari jemaat-jemaat. II Kor. 11:28.
V. SEPERSEPULUH SEBAGAI JAMINAN HAMBA-HAMBA TUHAN (Bil 18:21).
Sepersepuluh dari umat Tuhan yang diberikan dalam perbendaharaan Rumah Tuhan sebagai milik Tuhan dan Tuhan memberikan kepada Imamat Lewi yaitu Hamba-hamba Tuhan yang melayani full dan menetap pada satu jemaat ber-Tubuh Kristus lokal sebagai imbalan atau pembalasan dan pembayaran atas segal pekerjaan mereka, Jadi ukan umat Tuhan yang membalas pekerjan Hamba-hamba Tuhan dengan perpuluhan, tetapi umat membayar pajak perpuluhan kepada Tuhan di Perbendaharaan Rumah Tuhan dan Tuhanlah yang memberi perpuluhan kepada Hamba-hamba sebagai pembayaran atau pembalasan atas pekerjaan mereka.
Rasul Paulus menegaskan hal ini dalam gambaran yang berbeda-beda kepada jemaat Korintus (I Kor 9:6-14; II Tim 2:4-6).
1. Laskar/tentara, diupah oleh pemerintah. Seorang laskar yang bekerja keras siang dan malam karena digaji oleh Pemerintah dan tidak boleh makan upah laskar lain atau laskar lain makan upahnya tetapi tetapi dia sendiri mkan upah dari pemerintah atas kerja kerasnya itu sebagai hak-haknya.
2. Seorang petani, makan dari buah-buah/hasil-hasil pekerjaannya sendiri. Seorang petani yang bekerja keras pada ladangnya, tidak boleh memetik buah dari kebun orang lain atau petani lain tidak boleh memetik buah/hasil dari kebun dari petani yang memilikinya dengan bekerja keras.
3. Lembu, makan dari hasil tanah tuannya yang dikerjakannya/dibajaknya. Lembu tidak oleh masuk makan dari hasil tanah lain tuan yang dibajak oleh lembu lain.
4. Gembala, minum susu dari hasil perah susu kawanan lembunya sendiri yang dipelihara dan diberi makan dengan susah payah. Seorang gembala tidak mengkin menum susu dari perahan susu lembu orang lain.
5. Penenggala/Pembajak, makan dari hasil tanah yang dikerjakannya. Seorang penenggala tidak boleh mengambil hasil usaha/garapan tetangga sebab perbuatan itu adalah pencuri.
6. Imam, mendapat bagian dari Rumah Allah. Seorang imam hanya mendapat bagian dari Rumah/ jemaat yang dilayani. Rasul Paulus memberi gambaran ini agar diperhaikan. Sebab inilah prinsip dan hukum menabur berarti harus menuai sendiri. Sebuah ladany yang digarap sendiri berarti hasilnya dituai sendiri. Hamba-hamba Tuhan yang memulai menggarap tanah lalu menabur rohani dalam satu jemaat lokal sehengga jadi, maka buah-buah jasmaninya harus dituai oleh hamba-hamba Tuhan yang besangkutan, tidak boleh dituai oleh hamba-hamba Tuhan lain yang hanya menerima jadinya saja.
Maksud Paulus ini ditujukan kepada orang-orang baru yang dilayani oleh Hamba-hamba Tuhan tertentu lalu bertobat lahir baru penuh Roh Kudus dan mencintai Tuhan dan menjadi anggota satu jemaat ber-Tubuh Kristus, lalu diberkati Tuhan dengan berkat-berkat jasmani yang banyak dan berhasil mendapat kedudukan, mendapat jabatan, mendapat uang atau harta yang banyak lalu lari pindah menjadi anggota dari satu organisasi gereja berikutnya lalu Persembahan-persembahan Khusus dan Perpuluhannya diberikan kepada gereja itu sehingga dinikmati oleh pendeta/gembalanya yang hanya tinggal menerima jadinya, pada hal tidak ikut mengelolah dan menggarap jiwa orang tersebut dari awal waktu masih hidup dalam dosa dan kegelapan. Prinsip inilah yang ditegaskan oleh Paulus dalam gambaran-gambaran diatas ini agar tiap anggota jemaat dan pendeta-pendeta dan gembala-gembala jemaat harus tahu bahwa umat-umat yang sukses berkat jasmani maka korban-korban khusus dan perpuluhan-perpuluhan harus dituai oleh Hamba-hamba Tuhan yang melayaninya dari awal sebagai hamba-hamba Tuhan yang menabur benih rohaninya dan menyiramnya dan merawatnya sehingga berhasil dengan sukses jasmaninya.
VI. PENEGASAN-PENEGASAN YANG DIPERHATIKAN
Rasul Paulus memberi penegasan-penegasan diatas dalam prinsip dan hukum menabur dan menuai agar umat Tuhan dan Hamba-hamba Tuhan tetap pada batas-batas patok pelayanan dan keanggotaan jemaat yang sudah dipatok dan ditentukan oleh Roh Kudus batas-batas ruang gerak masing-masing (II Kor. 10:13-16). Penegasan-penegasan yang dimaksud adalah menyangkut status pelayanan Hamba-hamba Tuhan sebagai pemimpin satu jemaat Allah ber-Tubuh Kristus.
1. Setiap anggota jemaat dalam satu jemaat ber-Tubuh Kristus tidak boleh memberi perpuluhannya kepada Hamba Tuhan lain atau gereja/persekutuan lain dalam satu kota/tempat itu, tetapi memberi perpuluhannya kepada jemaat ber-Tubuh Kristus lokal dimana tiap orang terikat, terhisap, taat menaklukan diri dan mengabdikan diri sebagai anggotanya dan mendapat makanan rohani dari hamba-hamba Tuhan setempat.
2. Anggota-anggota jemaat ber-Tubuh Kristus setempat jangan berpindah-pindah masuk jadi anggota gereja/persekutuan lain dengan memberikan sepersepuluhnya di sana dan meninggalkan jemaat ber-Tubuh Kristus lokal dimana anggota-anggota jemaat tersebut pertama kali bertobat dan dilahirkan rohani dan berdasarkan rohaninya disitu, walaupun ada masalah-masalah dan ada kekurangan-kekurangan disitu tapi tetap bertahan, tekun dan setia.
3. Anggota jemaat ber-Tubuh Kristus setempat jangan memberi perpuluhannya kepada Hamba-hamba Tuhan dari luar jemaat Tubuh Kristus lokal lain/gereja lain yang melayani dalam lokal dimana anggota itu berada, boleh memberi Persembahan Sukarela dan Persembahan Khusus lainnya.
4. Anggota-anggota jemaat ber-Tubuh Kristus setempat jangan mengirim perpuluhannya kepada Hamba Tuhan atau gereja lain atau jemaat ber-Tubuh Kristus yang ada di daerah-daerah lain. 5. Anggota jemaat ber-Tubuh Kristus jangan memberi perpuluhannya untuk keperluan P.I (Pengutusan P.I) atau pelayanan sosial, pembangunan fisik atau kegiatan-kegiatan jasmani dan rohani lainnya, boleh memberi persembahan dari persembahan-persembahan khusus saja.
6. Hamba Tuhan yang menetap pada satu jemaat ber-Tubuh Kristus setempat jangan pindah visi pelayanan, pindah-pindah masuk menetap melayani ke gereja/persekutuan yang tidak berpola Tubuh Kristus, boleh pergi melayani sementara atau menetap bila ada petunjuk Roh Kudus dan disetujui, didoakan, diutus dengan penumpangan tangan oleh Sidang Penatua-penatua sebagai penugasan untuk membangun visi Tubuh Kristus di sana.
7. Hamba-hamba Tuhan yang menetap pada satu jemaat ber-Tubuh Kristus jangan hanya bermotivasi hanya kepada material belaka lalu keluar berkelana dan mencari-cari pelayanan dan pekerjaan kemana-mana.
8. Hamba Tuhan yang menetap pada satu lokal jemaat ber-Tubuh Kristus harus banyak bekerja keras, berjuang dalam doa dan pelayanan agar jemaat bertumbuh subur, berhasil sehingga hamba Tuhan dalam lokal tersebut menikmati dan menuai berkat-berkat jasmani dari perpuluhan dan jenis korban persembahan-persembahan lain.
9. Anggota jemaat ber-Tubuh Kristus tidak boleh lalai, malas, lupa tidak taat dengan tidak memberi perpuluhan kepada Perbendaharaan Rumah Tuhan, sebab perpuluhan dari umat setempat sebagai modal/asset milik Tuhan yang Tuhan pakai untuk membayar dan membalas pekerjaan pelayanan Hamba-hamba Tuhan setempat.
VII. CARA MENGHITUNG SEPERSEPULUH
Perpuluhan yang diambil dari hasil bersih atau keuntungan dari usaha-usaha sebab firman Tuhan mengatakan bahwa : bawalah sepersepuluh dari hasil usahamu, berarti keuntungan dari usaha-usaha. Contoh-contoh dalam tiap-tiap bidang : 1. Pedagang : Menjual barang-barang dan mendapatkan uang masuk Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) - Potongan ongkos-ongkos harga pokok/modal - Ongkos-ongkos muat/angkut - Pajak-pajak barang/jualan, dll. Maka sisanya itulah yang diambil sepersepuluh dan di bawa kepada Perbendaharaan Rumah Tuhan.
2. Petani : Panen sesuatu menghasilkan uang Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) - potongan ongkos bibit/modalnya - potongan ongkos pekerjaan dan pekerja - potonan ongkos pupuk, dll. Lalu sisanya itulah sebagai hasil bersih/keuntungan, dan diambil sepersepuluh di bawa ke Perbendaharaan Rumah Tuhan.
3.Pegawai : Gaji pegawai sebuan/seminggu Rp. 50.000,- - Potongan pajak - Potongan beras - Potongan bensin - Potongan asuransi Sepersepuluh diambil dari gaji bersih setelah potongan lalu di bawa ke Rumah Allah tetapi potongan-potongan suatu waktu diambil, maka sepersepuluhnya diambil lagi. Sedangkan hasil diskusi Hamba-hamba Tuhan dan ketua-ketua persekutuan Tubuh Kristus lokal Sorong telah bersepakat bahwa untuk gaji pegawai di ambil sepersepuluh dari gaji kotor tanpa hitung potongan-potongannya.
4. Jenis barang-barang dan hasil-hasil usaha lain yang berbentuk barang juga diambil sepersepuluhnya dibawa ke Rumah Allah atau kepada Hamba-hamba Tuhan.
5. Ul. 1:6; jenis-jenis korban dan perpuluhan dari anak lembu sapi, kambing dombamu. Yang dimaksud disini adalah buah pertama atau hasil pertama dari pekerjaan sebagai buah sulung atau hulu hasil dikorbankan kepada Tuhan, sebagai perpuluhan anak sulung lembu sapi atau atau anak sulung kambing domba, lalu hasil-hasil beikutnya dari pekerjaannya baru diambil sepersepuluh lalu dibawa dipersembahkan ke dalam Perbendaharaan Rumah Allah.
Sumber-sumber Pendapatan Hamba-hamba Tuhan di Jemaat Lokal.
1. Perpuluhan untuk kehidupan Hamba Tuhan pribadi dan keluarganya.
2. Korban-korban lain seperti Kolekte dan lain-lainnya, sebagian untuk Hamba Tuhan dipakai untuk pemeliharaan pastori, melayani tamu, keperluan-keperluan darurat yang lain dan perjalanan dinas pekerjaan Tuhan yang perlu dibantu.
3. Hasil penginjilan/pelayanan pengutusan keluar sebagai hasil jarahan-jarahan perang. Ada persembahan untuk Hamba-hamba Tuhan yang datang melayani karena Hamba Tuhan dibidang P.I. merupakan laskar Tuhan dan Imam.
4. Cara mengatur perpuluhan untuk Hamba-hamba Tuhan yang menetap dalam satu jemaat ber-Tubuh Kristus lokal adalah prinsip kebersamaan ketua-ketua, Hamba Tuhan mengatur, membagi sesuai keperluan tiap-tiap orang dalam pemerataan bersama sesuai keperluan. Yang dimaksud dengan pemerataan disini bukan hanya jumlah perpuluhan dibagi samarata jumlahnya, tapi dibagi sama rata dalam tingkatan keperluan masing-masing hamba-hamba Tuhan sesuai pemerataan tanggung jawab Allah. Pemerataan ini dilakukan dalam kasih sehingga jangan ada yang iri hati, jangan ada yang ingin banyak yaitu yang muda ingin jumlah besar dan banyak melebihi penatua yang tua.
Semoga ketaatan kita umat Tuhan membayar perpuluhan kepada Allah dalam sistem Imamat Berkerajaan ini membuat Allah berkenan mengasihi kita dan melindungi kita dalam segala perjalanan kita, semoga sejahtera Allah yang melebihi akal pikiran manusia melimpah memenuhi hati dan kehidupan kita umat Tuhan yang berkenan kepada-Nya. Kiranya berkat Allah Ibrahim menyertai umat Tuhan sekalian. Doa kami hamba-hamba Tuhan selalu menyertai umat Tuhan yang taat melakukan Firman Tuhan persembahan perpuluhan. Haleluya. Amin.

Persembahan Persepuluhan

[GKI Pondok Indah] - Bpk Pdt Yth,Tentang persepuluhan. Saya salah seorang jemaat yang tidak menganut dengan persembahan persepuluhan. Karena, kecuali sulit untuk mengkalkulasi penghasilan saya perhari atau perminggu atau perbulan karena memang tidak pasti angkanya tapi juga dalam Alkitab ada dikatakan bukan masalah jumlahnya tapi seberapa tulus hati kita ketika mempersembahkan persembahan kita itu kepada Tuhan.Untuk itu yang menjadi pertanyaan:1. Bisakah Bapak ceritakan sedikit hal ihwal perpuluhan itu dilaksanakan bagi jemaat?2. Dan bagaimana relevansinya dengan anggota jemaat saat ini mengingat ada jemaat (baca=gereja) yang secara mutlak melaksanakan itu dan ada juga yang tidak?3. Berdosakah apabila saya tidak melaksanakan perpuluhan mengingat saya sudah mempersembahkan juga, misalnya: sejumlah uang dalam kebaktian minggu (mungkin tidak seberapa) atau sumbangan gereja dalam bentuk lain?Demikian pergumulan saya, mohon penerangan semoga saya menjadi lebih paham tentang perpuluhan, untuk itu sebelum dan sesudahnya saya mengucapkan terima kasih.Salam,AD – Jkt
Pdt. Rudianto Djajakartika:Saudara AD yang sedang bergumul tentang perpuluhan,Entah kapan persisnya aturan persembahan persepuluhan itu muncul, tetapi dalam aturan torat tentang peribadahan Israel, maka persembahan persepuluhan sudah ada. Pada awalnya, aturan persembahan persepuluhan adalah merupakan ‘kompensasi’ kepada orang-orang Lewi yang tidak mendapat tanah milik pusaka. Mereka adalah orang yang dikhususkan Tuhan untuk melayani peribadahan di Kemah Suci. Kalau sekarang istilahnya pekerja gereja full-time. Jadi mereka tidak melakukan pekerjaan lain, selain pekerjaan pelayanan. Karena itu mereka tidak perlu mendapat tanah pusaka dan mengusahakan tanah itu, supaya konsentrasi mereka untuk melayani Tuhan tidak terganggu. Tetapi sebagai manusia, mereka kan tetap perlu hidup dan menghidupi dirinya. Lalu dari mana mereka mendapatkan penghasilannya? Dari persembahan persepuluhan! (Bil. 18:21-24). Persembahan persepuluhan ini milik Tuhan yang dipakai untuk menghidupi pelayan-pelayan-Nya. Karena itu, hukum persembahan persepuluhan adalah: WAJIB! (Ul. 14:22-23). Pada tahap selanjutnya, nampaknya bentuk persembahan yang ada di Israel mengalami perkembangan sehingga muncul juga persembahan khusus dan berbagai bentuk persembahan lainnya (Ul. 12:6). Penggunaan persembahan persepuluhan juga mengalami perkembangan sehingga tidak hanya dipakai untuk menghidupi para pelayan Tuhan, tetapi juga untuk menghidupi orang asing, anak yatim dan janda (Ul. 14:28-29). Landasan dari persembahan persepuluhan adalah UNGKAPAN SYUKUR! (Ul. 12:6-7). Perhatikanlah kata: ‘karena dalam usahamu engkau DIBERKATI oleh Tuhan, Allahmu’. Jadi persepuluhan diberikan bukan untuk meminta berkat tetapi justru sebagai ungkapan syukur atas segala berkat! Dari uraian tadi menjadi jelas buat kita, bahwa makna persembahan (persepuluhan atau yang lain) adalah:
Ungkapan syukur kita atas segala berkat dan pemeliharaan Tuhan
Bentuk tanggung jawab umat untuk membiayai tugas pelayanan.
Bentuk tanggung jawab sosial kita, baik kepada para pelayan Tuhan maupun mereka yang membutuhkan (janda, orang asing, anak yatim dll).Berangkat dari ketiga makna tadi, saya kira anda setuju dengan saya, bahwa persembahan itu hukumnya WAJIB! Persoalannya, apakah harus persepuluhan atau bisa yang lain?Nah, sebelum saya menjawab, saya perlu bertanya terlebih dahulu kepada anda: sesungguhnya yang menjadi MILIK TUHAN itu yang mana? Sepersepuluh atau semua? Apakah kalau kita sudah memberikan sepersepuluh, lalu sisanya yang sembilan persepuluh menjadi milik kita dan boleh kita gunakan semau kita, termasuk untuk beli narkoba dll? Tentu tidak bukan? Sesunguhnya yang menjadi milik Tuhan adalah SEMUA, karena semua itu kita yakini dari Tuhan dan merupakan berkat Tuhan.Karena itu kita harus MENGELOLA apa yang Tuhan beri dan mempertanggungjawabkannya kembali kepada Tuhan. Menjadi bagian dari pengelolaan atau penatalayanan ini adalah dengan mengembalikan sebagian untuk pekerjaan pelayanan dan tanggung jawab sosial kita. Karena itu makna ke 4 dari persembahan adalah: bagian dari PENATALAYANAN semua berkat yang Tuhan sudah berikan kepada kita.Dalam hal penatalayanan berkat yang Tuhan sudah berikan, kita boleh membagi sebagian untuk hidup, sebagian untuk biaya sekolah dan tentu sebagian kita persembahkan kembali kepada Tuhan. Kalau kita berbicara penatalayanan, sesungguhnya setiap orang diberikan kebebasan oleh Tuhan untuk mengelola berkat yang sudah diberikan-Nya secara bertanggungjawab. Jadi berdasarkan prinsip penatalayanan, yang WAJIB adalah persembahannya, bukan seperberapanya! Apalagi bentuk persembahan sekarang kan banyak variasi dan jenisnya. Karena itu bagi saya, persepuluhan itu adalah ANCAR-ANCAR saja. Dalam hal ini ada 3 opsi yang boleh kita pilih:
Memberikan persepuluhan saja
Menyebar persepuluhan dalam bentuk persembahan yang lain
Memberikan persepuluhan bersama dengan persembahan-persembahan yang lain.Sepanjang opsi yang dipilih ini mencerminkan ungkapan syukur kita dan tanggungjawab kita terhadap pekerjaan pelayanan tentu sah-sah saja. Pertanyaan pentingnya sebenarnya bukan seperberapa bagian yang kita beri, tetapi sudahkah kita menatalayani berkat Tuhan dengan baik dan bertanggungjawab? Berdasarkan prinsip penatalayanan ini, maka GKI memang tidak memutlakkan perpuluhan tetapi juga tidak menolak adanya perpuluhan!Apakah kita berdosa kalau tidak memberi persepuluhan? Menurut pemahaman saya, yang berdosa adalah kalau kita terlalu berhitung dengan Tuhan! Bukan soal memberi sepersepuluh atau tidak. Jadi santai saja. Kalau anda sedang ada kebutuhan lain, mungkin anda tidak memberikan perpuluhan, lain kali bisa saja anda memberikan lebih dari sepersepuluh. Yang penting semua itu merupakan bagian dari pengelolaan berkat Tuhan secara baik dan bertanggungjawab.