Jumat, 19 Oktober 2007

Kemana Memberikan Persembahan Persepuluhan ?

[Sabda] - Dalam PL, Tuhan memberikan perintah dengan terperinci melalui Hukum Taurat kepada orang Israel untuk dilakukan sebagai kewajibannya terhadap Tuhan dan terhadap sesama. Salah satunya adalah mengenai persembahan Persepuluhan. Landasan awal persembahan itu adalah bahwa saat bangsa Israel masuk ke Tanah Perjanjian, hanya 11 suku yang mendapat pembagian tanah milik pusaka, sedangkan suku Lewi tidak.

Suku Lewi dikhususkan untuk melayani Tuhan di Kemah Suci. Sehingga Tuhan menetapkan: persembahan persepuluhan yang dipersembahkan orang Israel kepada TUHAN sebagai persembahan khusus, diberikan TUHAN kepada orang Lewi sebagai milik pusakanya; itulah sebabnya TUHAN telah berfirman tentang orang Lewi: "Mereka tidak akan mendapat milik pusaka di tengah-tengah orang Israel." (Bilangan 18:24)

Sekarang ini, orang Kristen yang bukan orang Israel tidak memiliki kewajiban terhadap orang Lewi. Sebagai gantinya, para Hamba Tuhan yang bekerja secara 'full time' di gereja dianggap sebagai pengganti orang Lewi dan berhak menerima persembahan persepuluhan. Di gereja tertentu yang pengelolaan keuangannya dilakukan sendiri oleh Pendeta, mereka menekankan bahwa persembahan persepuluhan harus diberikan secara utuh dan rutin ke gereja tersebut. Jemaat dilarang memberikan persembahan persepuluhan kepada pelayanan yang lain.

Tetapi di gereja Protestan, pengelolaan keuangan gereja dilakukan oleh bendahara gereja atau bendahara sinode (Presbiterial, sinodal), dan pendeta mendapat gaji bulanan secara tetap yang jumlahnya diputuskan oleh sidang sinode atau sidang majelis. Di gereja protestan, persembahan yang diberikan oleh jemaat digunakan selain untuk kesejahteraan Gembala Sidang, juga digunakan untuk pelayanan meja/diakonia, penginjilan atau pun yang lain.

Seluruh persembahan dari jemaat yang diberikan ke gereja dikelola oleh majelis jemaat, dan dilaporkan secara terbuka kepada jemaat dalam laporan keuangan secara berkala. Dengan pola seperti itu jemaat secara langsung bisa mengetahui secara jelas penggunaan keuangan gereja dan juga melakukan pengontrolan.

Dalam Ulangan 14:29 dan Ulangan 26:12 TUHAN menetapkan bahwa persembahan persepuluhan digunakan untuk kesejahteraan:1. Orang Lewi2. Orang asing3. Anak Yatim4. JandaJadi bukan hanya untuk orang Lewi saja, atau jika diterapkan untuk umat Kristen sekarang ini, pemberian persembahan persepuluhan bukan hanya untuk pendeta saja.
Dalam PB, Tuhan Yesus tidak lagi menekankan pemberian persembahan persepuluhan sebagai hukum harus dilakukan atau benar dan salah.

Tetapi sebaliknya Tuhan Yesus menyempurnakannya dengan memberikan dua contoh nyata yang sangat ekstrem. Dalam Matius 19:16-22, Tuhan Yesus meminta kepada anak muda yang kaya supaya menjual semua hartanya, memberikan kepada orang-orang miskin dan mengikut Tuhan Yesus. Tuhan Yesus tidak meminta anak muda itu untuk memberikan semua hartanya untuk orang Lewi, tetapi secara langsung memberikan kepada orang-orang miskin.

Dalam Markus 12:41-44, Tuhan Yesus menunjukkan kepada para muridnya persembahan seorang janda miskin sebesar dua peser ke dalam peti persembahan di bait Allah. Walaupun sangat kecil, dua peser itu dikatakan Tuhan Yesus sebagai seluruh nafkahnya. Janda miskin itu memberikan seluruh nafkahnya ke bait suci untuk orang Lewi. Dalam dua contoh itu ternyata yang mau disampaikan oleh Tuhan Yesus adalah bukan berapa besar dan kepada siapa persembahan itu diberikan, tetapi bagaimana sikap hati si pemberi kepada Tuhan.

Yang pertama, mengenai orang muda yang datang kepada Tuhan Yesus. Walaupun sudah melakukan semua hukum taurat sejak masa mudanya, tetapi dia sangat terikat dengan hartanya yang banyak. Tuhan Yesus katakan dia harus menjual semua hartanya dan memberikan kepada orang-orang miskin untuk beroleh harta di sorga. Untuk masuk sorga dia harus melepaskan semua keterikatan kepada kekayaannya.

Contoh yang kedua, dua peser yang diberikan oleh janda miskin itu adalah seluruh nafkahnya. Tuhan Yesus menyatakan bahwa janda miskin memberikan persembahan lebih banyak dari semua orang karena mereka memberi dari kelimpahannya sedangkan janda miskin memberikan seluruh nafkahnya. Janda miskin itu memberikan seluruh nafkahnya karena hatinya sangat cinta akan Tuhan.

Rasul Paulus menyatakan dalam Roma 12:1 agar orang Kristen mempersembahkan tubuhnya sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah bentuk ibadah yang sejati. Roma 12:1 menyatakan tentang bentuk persembahan yang 'utama' di hadapan Tuhan yaitu mempersembahkan tubuh; dibandingkan dengan memberikan persembahan persepuluhan dengan 'terpaksa'.

Tetapi rupanya Roma 12:1 banyak digunakan sebagai 'perisai' oleh orang Kristen untuk menghindar memberikan persembahan persepuluhan. Menurut mereka, mempersembahkan seluruh hidup itu jauh lebih besar nominalnya daripada persembahan persepuluhan. Itu kelihatannya masuk akal, tetapi kenyataannya yang sebenarnya adalah: bagaimana orang bisa mempersembahkan seluruh tubuhnya, jika untuk memberikan persembahan persepuluhan saja susah sekali.

Jika mau contoh persembahan seluruh tubuh yang nyata bisa kita lihat pada permintaan Tuhan Yesus kepada anak muda yang kaya untuk menjual seluruh hartanya (seratus persen), memberikan kepada orang-orang miskin dan mengikut Tuhan Yesus (Matius 19:16-22).
Tuhan Yesus maupun Rasul Paulus menyatakan bahwa memberikan persembahan tidak lagi dipandang sebagai kewajiban yang dinyatakan benar dan salah secara matematis. Orang Kristen memberikan persembahan adalah sebagai bentuk cinta kasih dan hubungannya yang akrab dengan Tuhan. Oleh karena itu dalam 2 Korintus 9:7 dikatakan bahwa Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Dengan sukacita karena telah memberikan menurut kerelaan hatinya, bukan dengan sedih hati atau karena paksaan.

Kemudian bagaimana dengan persembahan persepuluhan itu sendiri? Jumlah seperpersepuluh adalah satu tuntunan mengenai besaran nominal persembahan yang bisa dijadikan acuan oleh orang Kristen dalam memberikan persembahan. Kalau mau setia, maka segala bentuk penghasilan yang diterima harus dihitung sepuluh persennya sebagai persembahan - termasuk jika menerima arisan atau angpaw dari keluarga.

Dengan berlatih memberikan persembahan persepuluhan secara setia dan dari jumlah yang kecil, orang Kristen akan dimampukan oleh Roh Kudus untuk memberikan persembahan yang lebih besar dengan sukacita. Pada akhirnya orang Kristen akan mampu mempersembahkan seluruh tubuhnya sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah; karena itu adalah bentuk ibadah yang sejati (Roma 12:1)

Mengenai cara pemberian persepuluhan - untuk gereja yang menekankan bahwa persembahan persepuluhan harus diberikan kepada Pendeta, hendaknya dilakukan seperti itu. Karena pengelolaan keuangan dilakukan sendiri oleh pendeta yang bersangkutan. Tetapi untuk gereja yang menerapkan sistem presbiterial (sidang majelis) atau sinodal (sidang sinode), persembahan persepuluhan dapat dimasukkan ke dalam persembahan bulanan atau dimasukkan secara langsung ke dalam kantong persembahan.

Jika gereja tersebut telah memiliki kemampuan finansial yang besar, persembahan persepuluhan itu bisa juga diberikan kepada pelayanan hamba Tuhan yang lain yang 'membutuhkan' atau diberikan kepada orang asing, anak yatim atau janda miskin (Ulangan 14:29, 26:12). Tetapi diingatkan oleh Rasul Paulus, bahwa janda yang berhak menerima persembahan persepuluhan adalah janda tua yang miskin, bukannya janda muda yang cantik (1 Timotius 5:5-15).

Persembahan persepuluhan sebaiknya diberikan kepada gereja lokal tempat orang Kristen tersebut dilayani. Gereja lokal akan mengelola persembahan persepuluhan untuk digunakan sesuai dengan pelayanan yang dilakukan di gereja tersebut. Tetapi tidak tertutup kemungkinan, orang Kristen memberikan persembahan persepuluhan secara langsung kepada hamba Tuhan yang lain yang 'membutuhkan', orang miskin, anak yatim atau pun janda tua miskin sesuai dengan tuntunan Roh Kudus dalam hatinya (Matius 19:21).

Pada saat seorang Kristen memberikan persembahan persepuluhan dengan setia dan penuh sukacita, maka Tuhan PASTI menggenapi janjiNya untuk: "Membuka tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat sampai berkelimpahan." (Maleakhi 3:10). Tuhan Yesus tidak menilai berapa banyak dan kepada siapa persembahan persepuluhan itu diberikan, tetapi Tuhan menilai hati si pemberi persembahan itu.

Tuhan Yesus mengajarkan orang Kristen untuk memberikan persembahan dengan sukacita agar tidak terikat kepada harta bendanya - karena SUKAR SEKALI bagi orang kaya (yang umumnya bergantung dan mengandalkan hidup pada kekayaannya) untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga (Matius 19:23). Coba kalau firman Tuhan itu diperjelas: "... karena MUDAH SEKALI bagi orang kaya untuk masuk ke dalam NERAKA." (Mengerikan sekali...)

Jadi sebaiknya orang Kristen tidak usah mempertentangkan mengenai ketentuan pemberian persembahan persepuluhan dan kepada siapa harus diberikan. Lebih baik mencoba melakukan sendiri untuk menguji sejauh mana kebenaran firman Tuhan di Maleakhi 3:10 dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya minta bimbingan Roh Kudus untuk menunjukkan kepada siapa persembahan itu akan diberikan. Kepada gereja lokal, kepada hamba Tuhan yang 'membutuhkan', kepada orang asing, anak yatim atau kepada janda miskin. Ingat: janda tua yang miskin.

Hendaklah masing-masing memberikan (persembahan persepuluhan atau semua jenis persembahan yang lain) menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita (2 Korintus 9:7)

Tidak ada komentar: