Senin, 23 Juni 2008

Belajar Bersyukur Yuk!

[Miund] - Tadi siang abis ngobrol panjang sama si Mamah. Biasalah, obrolan Minggu siang di jam-jam siesta gitu deh. Hal kecil jadi kebawa gede… dan tiba-tiba ngomongin kehidupan. Kalo saya reflect balik ke obrolannya… ternyata walau kata orang-orang saya nggak religius, tapi ternyata saya cukup serius dalam memaknai kata “bersyukur” dalam kehidupan sehari-hari.

Kenapa?

Kata beberapa orang, mereka kalo lagi ibadah suka berasa pengen nangis karena merasa ‘kena’ banget sama khotbah yang lagi disampein. Tadi siang saya cerita sama si Mamah kalo di kehidupan sehari-hari saya juga sering merasa ‘kena berkah’ banget dari Tuhan. Berkahnya apa? Ya ada aja loh. Misalnya… pas memutuskan berenti kerja kantoran. Takutnya setengah mati. Takut gak bisa nyukupin kebutuhan seperti biasa. Tapi eeehh… ada aja kerjaan lewat. Ada aja rejeki masuk. Jumlahnya gak berlebihan tapi pas aja buat kebutuhan. Emang sih pake usaha, but again, usaha yang nggak di-ridhoi sama Tuhan juga banyak ‘kan? Jadi selama usahanya halal dan baik sih… jangan takut. PASTI dikasih.

Terus pernah lagi satu waktu saya lagi perlu banget dana buat sesuatu hal yang amat mendesak. Dengan sok iye dan tekad bulat, akhirnya saya ke ATM terdekat walau tahu duit saya di Bank juga lagi gak seberapa. Pas ngecek saldo, saya dikejutkan dengan jumlah yang udah berubah drastis padahal gak ada jadwal pembayaran apa pun. Setelah ditelusuri… oh, ternyata yang pernah berutang sama saya pas banget bayar utang. Pas pulang, saya duduk di lantai kamar trus berdoa, bilang terimakasih.

Orang sinis barangkali akan bilang: “Ah, itu mah kebeneran aja.”

Tapi saya memilih untuk percaya. Percaya kalau Tuhan itu ada dan baik, apapun rupa dan bentukNya. Percaya bahwa kalau kita butuh untuk hal-hal yang baik, Tuhan pasti ngasih. Dan ngasihnya juga ya sebutuhnya kita kok. Nggak berlebih tapi juga nggak kurang.

Saya sering denger berbagai macam kesaksian yang hebat-hebat. Yang mendadak disembuhkan dari sakit, yang tadinya lumpuh terus bisa jalan… dan sebagainya. Dan saya menghargai semua kesaksian itu karena sebagai manusia beragama, kita mesti ngakuin kalau Tuhan itu berkuasa.

Tapi pernah gak sih kita sadar kalau tiap detik di kehidupan sehari-hari kita selalu adaaaa aja mujizat. Pernah gak kita mau bersaksi tentang kemurahan Tuhan sama kita? Misalnya nih ya, lagi panas-panas jalan kaki siang bolong… di saat kita udah gak tahan, pala rasanya mau pecah… tiba-tiba ada awan yang nutupin matahari, bikin kita adem sejenak. Hal yang mungkin remeh itu harus disyukuri, bukan? Karena… siapa yang bisa mindahin awan kalo bukan yang bikin?

Ah… Tuhan itu baik banget ya :)

Sebagai pertanyaan awal minggu ini dan biar bikin semangat kita semua selama seminggu ke depan, saya pengen tanya aja…

Apa yang paling kamu syukuri selama minggu lalu?

Inget loh, jawaban paling sepele seperti “Lagi pengen ketoprak, eh tiba-tiba abangnya lewat di depan rumah” juga udah berarti kamu bersyukur. Dan memang, hidup itu lebih damai kalau kita meng-acknowledge berkah yang diberikan Tuhan pada kita, setiap detik, setiap menit, setiap jam dalam setiap harinya. Cobain deh, pasti hati lebih lega… muka lebih ceria. Kata Mamah juga, rajin bersyukur itu pangkal awet muda. Gratis, gak perlu botox! :D

So, my tagline of the week is: Count your blessings, my friends… and be thankful :)

Senin, 16 Juni 2008

Bersyukur dan Berjuang

[Andrie Wongso] - Alkisah, di beranda belakang sebuah rumah mewah, tampak seorang anak sedang berbincang dengan ayahnya. "Ayah, nenek dulu pernah bercerita kepadaku bahwa kakek dan nenek waktu masih muda sangat miskin, tidak punya uang sehingga tidak bisa terus menyekolahkan ayah. Ayah pun harus bekerja membantu berjualan kue ke pasar-pasar," tanya sang anak. "Apa betul begitu, Yah?"

Sang ayah kemudian bertanya, "Memang begitulah keadaannya, Nak. Mengapa kau tanyakan hal itu anakku?"

Si anak menjawab, "Aku membayangkan saja ngeri Yah. Lantas, Apakah Ayah pernah menyesali masa lalu yang serba kekurangan, sekolah rendah dan susah begitu?"

Sambil mengelus sayang putranya, ayah menjawab, "Tidak Nak, ayah tidak pernah menyesalinya dan tidak akan mau menukar dengan apapun masa lalu itu. Bahkan, ayah mensyukurinya. Karena, kalau tidak ada penderitaan seperti itu, mungkin ayah tidak akan punya semangat untuk belajar dan bekerja, berjuang dan belajar lagi, hingga bisa berhasil seperti saat ini."

Mendapat jawaban demikian, si anak melanjutkan pertanyaannya, "Kalau begitu, aku tidak mungkin sukses seperti Ayah dong?"

Heran dengan pemikiran anaknya, sang ayah kembali bertanya, "Kenapa Kau berpikir tidak bisa sukses seperti ayah?"

"Lho kata Ayah tadi, penderitaan masa lalu yang serbasusah lah yang membuat Ayah berhasil. Padahal aku dilahirkan dalam keluarga mampu, kan ayahku orang sukses," ujar si anak sambil menatap bangga ayahnya. "Ayah tidak sekolah tinggi, sedangkan Ayah menyuruhku kalau bisa sekolah sampai S2 dan menguasai 3 bahasa, Inggris, Mandarin dan IT. Kalau aku ingin sukses seperti Ayah kan nggak bisa dong. Kan aku nggak susah seperti Ayah dulu?"

Mengetahui pemikiran sang anak, ayah pun tertawa. "Hahaha, memang kamu mau jadi anak orang miskin dan jualan kue?" canda ayah.

Digoda sang ayah, si anak menjawab, "Yaaaah, kan udah nggak bisa memilih. Tapi kayaknya kalau bisa memilih pun, aku memilih seperti sekarang saja deh. Enak sih, punya papa mama baik dan mampu seperti papa mamaku hehehe."

Sang ayah lantas melanjutkan perkataannya, "Karena itulah, kamu harus bersyukur tidak perlu susah seperti ayah dulu. Yang jelas, siapa orangtua kita dan bagaimana keadaan masa lalu itu, kaya atau miskin, kita tidak bisa memilih, ya kan? Maka, ayah tidak pernah menyesali masa lalu. Malah bersyukur pada masa lalu yang penuh dengan penderitaan, dari sana ayah belajar hanya penderitaan hidup yang dapat mengajarkan pada manusia akan arti keindahan dan nilai kehidupan. Yang jelas, di kehidupan ini ada hukum perubahan yang berlaku. Kita bisa merubah keadaan jika kita mau belajar, berusaha, dan berjuang habis-habisan. Tuhan memberi kita segala kemampuan itu, gunakan sebaik-baiknya. Dimulai dari keadaan kita saat ini, entah miskin atau kaya. Niscaya, semua usaha kita diberkati dan kamu pun bisa sukses melebihi ayah saat ini. Ingat, teruslah berdoa serta berusaha. Belajar dan bekerjalah lebih keras dan giat. Maka, cita-citamu akan tercapai."

Pembaca yang budiman,

Pikiran manusia tidak mungkin mampu menggali dan mengetahui rahasia kebesaran Tuhan. Karena itu, sebagai manusia (puk nen sien cek) kita tidak bisa memilih mau lahir di keluarga kaya atau miskin. Kita juga tak bisa memilih lahir di negara barat atau di timur dan lain sebagainya.

Maka, jika kita lahir di keluarga yang kaya, kita harus mampu mensyukuri dengan hidup penuh semangat dan bersahaja. Sebaliknya, jika kita terlahir di keluarga yang kurang mampu, kita pun harus tetap menyukurinya sambil terus belajar dan beriktiar lebih keras untuk memperoleh kehidupan lebih baik. Sebab, selama kita bisa bekerja dengan baik benar dan halal, Tuhan pasti akan membantu kita! Ingat, bahwa Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang, tanpa orang itu mau berusaha merubah nasibnya sendiri.

Terus berjuang, raih kesuksesan!
Salam sukses luar biasa!!!

Selasa, 10 Juni 2008

Buat Apa Bersyukur..?

[Wikimu] - Banyak hal yang terjadi dalam kehidupan manusia, mulai dari lahir, tumbuh, berkembang, sampai menjadi manusia dewasa. Bersyukur biasanya kita kaitkan dengan hal-hal yang positif, menyenangkan atau menggembirakan. Itulah ajaran umum yang sering kita dengar sejak kecil hingga saat ini.

Bersyukur, ketika dapat nilai bagus. Bersyukur, karena mendapatkan segala sesuatu yang kita inginkan. Bersyukur, karena punya uang. Bersyukur, karena dapat HP baru. Bersyukur, karena mempunyai teman yang baik.

Ketika usia beranjak dewasa pola bersyukur pun tidak berubah. Bersyukur, karena naik pangkat atau dapat promosi. Bersyukur, karena makan enak. Bersyukur, karena bisa libur ke luar negeri. Bersyukur, karena rumah baru dan mobil baru.

Tunggu, tunggu.. Memangnya kita pernah bersyukur untuk hal-hal di atas? Coba kita lihat diri kita masing-masing. Tanpa sadar kita terkadang menyia-nyiakan semua hal itu. Misalnya, di saat kita memiliki HP yang sudah canggih, kita mengingini HP teman yang sebaya kita yang memiliki HP yang lebih canggih daripada apa yang kita punya saat ini.

Bersyukur untuk hal-hal yang positif itu biasa. Yang tidak biasa adalah bersyukur untuk semua hal. Juga untuk hal yang tampaknya negatif atau tidak menyenangkan. Karena kegagalan, karena makanan yang tidak enak, karena harus bekerja, karena harapan yang tidak terwujud, karena dihianati, karena disepelekan, karena…apapun juga. Senantiasa bersyukur. Bersyukur karena hal yang sudah terjadi itu biasa. Bersyukur karena hal yang belum terjadi itu luar biasa. Sering kali kita sebagai manusia dihadapkan pada masa-masa yang sulit. Namun apakah kita sebagai manusia mampu bertahan dalam setiap permasalahan dan mampu untuk bersyukur dalam keadaan yang sulit seperti itu?